oleh Fajar Burnama
Komunikasi merupakan hal yang pasti dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya, demikian juga dengan hewan. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupannya. Bahkan seorang bayi pun sudah dapat melakukan komunikasi, seperti ketika ia menangis itu bias jadi menandakan bahwa ia sedang lapar atau tidak nyaman. Maka jelaslah bahwa komunikasi adalah hal penting yang harus dipelajari dan dipahamai.
Setiap perilaku dapat menjadi komunikasi bila kita memberi makna terhadap perilaku orang lain atu perilaku kita sendiri. Setiap orang akan sulit untuk tidak berkomunikasi karena setiap perilaku berpotensi untuk menjadi komunikasi untuk ditafsirkan.
Pada saat seseorang tersenyum maka itu dapat ditafsirkan sebagai suatu kebahagiaan, ketika orang itu cemberut maka dapat ditafsirkan bahwa ia sedang ngambek. Ketika seseorang diam dalam sebuah dialog itu bisa diartikan setuju, malu, segan, marah, atau bahkan malas atau bodoh. Diam bisa diartikan setuju seperti perlakuan Rasulullah saw. yaitu ketika ada seorang sahabat yang menggosaok giginya ketika berwudhu, ini menunjukkan bahwa beliau setuju dengan perlakuan sahabat tadi namun tidak dengan penegasan. Secara implisit semua perlakuan manusia dapat memiliki makna yang akhirnya bernilai komunikasi
Para ahli komunikasi membagi paradigma pemahaman yang berbeda mengenai landasan ilmiah komunikasi, diantaranya :
1.Paradigma Klasik
a.Filsafat sebagai akar ilmu komunikasi
Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.
Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).
b.Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi
Psikologi behaviorial adalah aliran dalam disiplin ilmu psikologi yang banyak mempengaruhi lahirnya ilmu komunikasi. Dengan demikian, para ahli behaviorial memahami komunikasi dengan enam pengertian, seperti termuat dalam kamus psikologi, Dictionary of Behaviorial Science, (Rakhmat, 1997: 3) sebagai berikut1: Komunikasi adalah :
1)Penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara,
2)Penyampaian atau peneriamaan sinyal atau pesan oleh organisme,
3)Pesan yang disampaikan,
4)Teori komunikasi, proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan,
5)(K.Lewin), pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perybahan yang berkaitan pada wilayah lain,
6)Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
c.Sosiologi sebagai akar ilmu komunikasi
Sosiologi adalah hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara gejala yang satu dengan gejala yang lainnya yang berlangsung di masyarakat. Hubungan antar gejala tersebut menggunakan symbol-simbol pesan, baik verbal (kata-kata), maupun nonverbal (isyarat, gerak, gambar, dll). Simbol-simbol itu ketika disampaikan oleh seseorang kepada orang lain senantiasa memiliki makna dan tujuan yang jelas. Begitu pula proses penerimaan pesan yang merupakan proses pemaknaan symbol-simbol tersebut.
d.Antropologi sebagai akar ilmu komunikasi
Antropologi biasanya dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari manusia dan aspek kebudayaannya guna membangun suku bangsa yang ada. Dalam antropologi budaya, terdapat konsep yang relevan dengan komunikasi, yakni masalah symbol, bahasa, dan pemaknaan. Bahasa adalah kumpulan symbol paling penting dalam berbagai kultur.
2.Paradigma Kontemporer
a.Matematika sebagai akar ilmu komunikasi
Diawali dengan adanya teori informasi dari Claude Shannon dan Warren Weaver, yang dimuat dalam buku The Mathematical Theory of Communication (1949). Kemudian direduksi kembali dalam buku Communication Theories: Origins Methods Uses in The Mass Media karya Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr. Teori informasi atau model matematis ini telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap kemunculan teori-teori lain sesudahnya.Bahkan model Shannon and Weaver ini telah dijadikan sebagai dasar bagi berbagai bentuk komunikasi, yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi public, dan komunikasi massa.
Model matematis ini pada satu sisi dapat dijadikan dasar pengembangan komunikasi kontemporer, namun di sisi lain, teori ini hanya memberikan gambaran proses komunikasi yang bersigat parsial, dan komunikasi dipandang sebagai fenomena statis dan datu arah, serta tidak ada ruang untuk umpan balik dari komunikan kepada komunikator.
b.Fisika sebagai akar ilmu komunikasi
Umumnya para filsuf komunikasi sepakat akan adanya dua aliran yang berkaitan dengan pandangan terhadap pemaknaan. Aliran tersebut adalah aliran fisika dan aliran mental. Aliran fisika memandang pemaknaan sebagai unit (bagian) dari dunia fisik yang ada secara mandiri dari setiap aktivitas manusia. Sebagai contoh, pemaknaan dapat dipahami sebagai data, sikap, ataupun informasi.
Aliran mental memandang pemaknaan two exist hanya sebagai unit-unit dalam kesadaran untik manusia, pemaknaan tersebut dipandang sebagai kesan, maksud, atau ide.
c.Biologi sebagai akar ilmu komunikasi
Perkembangan embrio manusia terdiri atas 46 kromosom yang mempunyai berjuta-juta gen yang susunannya melengkapi informasi. Kode genetic menentukan ciri-ciri, seperti warna kulit, rambut, mata, penyakit, dan keterlambatan mental, juga mempengaruhi skor IQ, dan lain sebagainya.
Definisi Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communico yang artinya membagi (Cherry, dalam Stuart yang dikutip Cangara, 2002:18). Berarti membagi gagasan, ide atau pikiran antara seseorang dengan yang lain.2 Dalam definisi kontemporer, komunikasi merujuk pada cara berbagi pikiran, makna, pesan dianut secara sama. Sedangkan dalam makna lain, komunikasi yang dalam bahasa Inggris communication dan dalam bahasa Belanda communicate, berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini berarti sama dalam makna (Effendi, 2004:41).3
Kata lain yang serupa dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan pada kesamaan dan kebersamaan. Tanpa komunikasi maka tidak akan terbentuk komunitas. Berbicara tentang komunikasi, tidak ada komunikasi yang benar ataupun yang salah. Definisi harus dilihat dari kemanfatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai ‘berbagi pengalaman’.
Secara terminologis, para ahli telah mendefinikan komunikasi dalam berbagai prespektif. Dalam prespektif filsafat, komunikasi dimaknai untuk mempersoalkan apakah hakikat komunikator/komunikan, dan bagaimana ia menggunakan komunikasi untuk berhubungan dengan realitas lain di alam semesta (Rakhmat, 1997: 8).4 Dari prespektif psikologi, Hovland, Janis, dan Kelly (dalam, Rakhmat, 1997: 3) mendefinisikan sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimulus (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”. Maksudnya, proses di mana seorang individu (komunikator) menyampaikan stimulus untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan).5
Kemudian dalam prespektif sosiologi, Collin Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Harnack dan Fest (1964) menganggap bahwa komunikasi sebagai proses interaksi antara orang untuk tujuan integrsi intrapersonal dan interpersonal. Edwin Neumann (1948) mengartikan komunikasi sebagi proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi berfungsi (Rakhmat, 1997: 8). Ketiga pendapat ini menunjukkan bahwa sosiologi meneliti komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Tujuan kelompok itu dibangun dengan melakukan interaksi social antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.6
Maka, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.7 Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Pernahkah kamu terlibat dalam perbincangan ala mahasiswa seperti berikut ini ?
+ “Wah, aku telah menyaksikan komunikasi yang efektif hari ini! Kemarin ayahku pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Tadi subuh adikku Rizal juga pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Itulah yang namanya persuasi.“
- “Bisa jadi itu persuasi, tapi yang jelas bukan komunikasi.”
+ “Apa maksudmu bukan komunikasi? Perginya ayahku ke masjid untuk shalat berjamaah itu mengkomunikasikan sesuatu kepada adikku dan menimbulkan perubahan yang jelas dengan perginya adikku ke masjid juga subuh tadi.”
- “Aku ragu ayahmu apakah ayahmu sengaja membujuk adikmu untuk pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Kamu tidak mendengar ayahmu meminta adkmu untuk pergi ke masjid, kan?”
+ “Tidak, sih. Tetapi kurasa hal itu tidak relevan. Orang dapat ‘berkomunikasi’ tanpa sengaja, dan mereka pun tidak perlu menggunakan kata-kata.”
- “Konsepmu ngawur tentang komunikasi. Aku baca dalam buku Miller dan Steinberg tempo hari. Mereka bilang ‘komunikasi’ adalah proses yang disengaja, transaksional, simbolik.”
+ “Mereka salah! Waltzlawick, Beavin, dan Jackson yang lebih memahami tentang komunikasi daripada Miller dan Steinberg, mengatakan bahwa ‘we cannot not communicate’, yang berarti ‘anda tidak dapat tidak berkomunikasi.’”
- “Omong kosong, masak sih…”8
Dengan berkomunikasi, kita berusaha untuk mendefinisikan sesuatu, termasuk isltilah ‘komunikasi’ itu sendiri. Hingga kini terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Tahun 1976 saja Fank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan.
Dance mengemukakan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi.9 Di antaranya adalah :
Pertama, tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakkannya. Seperti, definisi komunikasi sebagai “proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian yang terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai ‘alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya’ terlalu sempit.
Kedua, kesengajaan (intentionallity). Sebagian definisi hanya mencakup pengiriman dan penerimaan pesan secara disengaja, sedangkan definisi lain tidak menuntuk hal tersebut.
Ketiga, penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara implisit, menyertakan kebarhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu.
Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli10, yang di antaranya :
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, “Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya. Dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, dll.”
Carl I. Hovland, “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).”
Everett M. Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dilihkan dari sumber kepada penerima dengan niat untuk mengubah tingkah laku mereka.”
Raymond S. Ross, “Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”
Haorld Lasswell, “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Dampak Bagaimana?”
Komponen komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
Secara luas konteks komunikasi berarti semua factor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari : pertama, yang bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan; kedua, aspek psikologis, seperti : sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi; ketiga, aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial, dan kharakteristik budaya; dan keempat, aspek waktu, yakni kapan kita berkomunikasi.
Kategori-kategori yang digunakan dengan pendekatan situasional untuk membedakan jenis-jenis komunikasi.11
a.Komunikasi Persona (Personal Communication)
1.Komunikasi intrapersonal (intrapersonal Communication)
Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktifitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Elemen-elemen konsep diri
Konsep diri
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.)
Karakteristik sosial
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tamplikan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini mempengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
Peran sosial
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).
Identitas diri yang berbeda
Identitas berbeda atatu multiple selves adalah seseorang kala ia melakukan berbagai aktifitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antar pribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita.
Pertama persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap kita (meta persepsi).
Identitas berbeda juga bisa dilihat kala kita memandang 'diri ideal' kita, yaitu saat bagian kala konsep diri memperlihatkan siapa diri kita 'sebenarnya' dan bagian lain memperlihatkan kita ingin 'menjadi apa' (idealisasi diri)
Proses pengembangan kesadaran diri
Proses pengembangan kesadaran diri ini diperoleh melalui tiga cara, yaitu;
Cermin diri (reflective self) terjadi saat kita menjadi subyek dan obyek diwaktu yang bersamaan, sebagai contoh orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya lebih mandiri.
Pribadi sosial (social self) adalah saat kita menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita, hal ini terjadi saat kita berinteraksi. Dalam interaksi, reakasi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita. Menurut pakar psikologi Jane Piaglet, konstruksi pribadi sosial terjadi saat seseorang beraktifitas pada lingkungannya dan menyadari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa ia lakukan
Contoh: Seseorang yang optimis tidak melihat kekalahan sebagai salahnya, bila ia mengalami kekalahan, ia akan berpikir bahwa ia mengalami nasib sial saja saat itu, atau kekalahan itu adalah kesalahan orang lain. Sementara seseorang yang pesimis akan melihat sebuah kekalahan itu sebagai salahnya, menyalahkan diri sendiri dalam waktu yang lama dan akan mempengaruhi apapun yang mereka lakukan selanjutnya, karena itulah seseorang yang pesimis akan menyerah lebih mudah.
Perwujudan diri (becoming self). Dalam perwujudan diri (becoming self) perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan terjadi tahap demi tahap melalui aktifitas serhari hari kita. Walaupun hidup kita senantiasa mengalami perubahan, tetapi begitu konsep diri kita terbentuk, teori akan siapa kita akan menjadi lebih stabil dan sulit untuk dirubah secara drastis.
Contoh, bila kita mencoba merubah pendapat orang tua kita dengan memberi tahu bahwa penilaian mereka itu harus dirubah - biasanya ini merupakan usaha yang sulit. Pendapat pribadi kita akan 'siapa saya' tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih sulit untuk diubah sejalan dengan waktu dengan anggapan bertambahnya umur maka bertambah bijak pula kita.
2.Komunikasi interpersonal (interpersonal Communication)
Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok-kecil.
Komunikasi interpersonal termasuk:
-Pidato
-Komunikasi nonverbal
-Komunikasi bawah sadar
-penyimpulan
-parafrase
Memiliki komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses-proses seperti:
-perdagangan
-konseling
-pelatihan
-bimbingan
-pemecahan konflik
Komunikasi interpersonal merupakan subyek dari beberapa disiplin dalam bidang psikologi, terutama analisis transaksional.Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi atau oleh kesombongan, sifat malu, dll.
b.Komunikasi Kelompok (Group Communication)
1.Komuniasi kelompok kecil (small group communication)
Yaitu komunikasi yang dilakukan oleh seorang komunikator kepada sekelompok kecil orang sebagai komunikan. Bisa berupa :
-Ceramah (lecture)
-Diskusi panel
-Simposium (symposium)
-Forum
-Seminar
-Curahsaran (brainstorming)
-Dan lain-lain
2.Komunikasi Kelompok Besar (large group communication/public speaking)
Yaitu komunikasi yang dilakukan oleh seorang komunikator kepada banyak orang sebagai komunikan yang tidak bisa dikenali satu-persatu. Sering juga disebut pidato, ceramah, atau kuliah umum.
Biasanya bersifat formal dan lebih sulit daripada komunikasi kelompok atau antarpribadi, karena menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang..
c.Komunikasi Organisasi (Organizational Communication)
Yaitu komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Bisa bersifat formal juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih luas dan lebih besar daripada komunikasi kelompok.
d.Komunikasi Massa (Mass Communication)
Yaitu komunikasi yang dilakukan seorang komunikator melalui media massa, baik cetak maupun elektronik yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang heterogen, anonim, dan di banyak tempat. Bisa melalui :
-Pers
-Radio
-Televisi
-Film
-dll
e.Komunikasi Medio (Medio Communication)
Yaitu komunikasi dengan menggunakan :
-Surat
-Telepon
-Pamflet
-Poster
-Dll
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya..2001.
Saefullah, Ujang. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. 2007.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2008.
Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya. 1994
Wikipedia, Komunikasi, diakses tanggal 2 April 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar