Senin, 01 Februari 2010

Dakwah Allah

oleh Fajar Burnama

Kalau rentang waktu dibentangkan sejak Nabi Muhammad saw, membawa obor yang jadi Rahmat Seluruh Alam, maka kita akan menyaksikan betapa gerakan dakwah yang ada di Indonesia itu hanyalah satu titik dari rangkaian seluruh perjuangan umat Islam untuk menyelamatkan umat manusia. Jika gerakan di Indonesia itu diletakkan dalam kerangka waktu sejarah umat manusia sejak Nabi Adam, maka tiadalah artinya.
Ketika kita berdakwah harus mengetahui tujuan yang pasti, karena dengan mengtahui tujuan, maka kegiatan dakwah kita akan lebih terarah dan efektif. Perlu kiranya kita mencontoh kegiatan dakwah yang telah dengan gemilang dilakukan oleh pendahulu kita, terutama Rasulullah. Dengan mencontoh dakwah Rasulullah saw, maka tahapan dan langkah dakwah kita akan terarah dan tepat sasaran.
Dapat diprediksi bahwa misi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelahkan. Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah gerakan yang penuh berkah (ash-shahwah al-mubarakah); gerakan yang penuh moderat (shahwah mu’tadilah), terpadu, terkendali, berkesinambunag dan jauh dari unsur ekstrimisme (at-tatharruf).
Pendakwah membutuhkan pemahaman yang holistik tentang dakwah itu sendiri, mulai dari makna, unsur, metode, media, hakikat juga struktur dakwah. Dengan mengetahui struktur dakwah, kita akan memahami bahwa ternyata yangmelakukan dakwah bukan hanya kita selaku umat islam. Bahkan Allah swt, Sang Pencipta alam semesta juga melakukan dakwah.

PEMBAHASAN
Sebagaimana kegiatan dakwah yang kita lakukan, ternyata jika kita telaah dakwah yang dilakukan Allah memiliki kemiripan dari segi substantinya, meski tentu saja dakwah Allah tidak seperti dakwah kita selaku makhluk. Allah sama sekali tidak memiliki kewajiban untuk berdakwah, sedangkan kita diwajibkan oleh syari’at. Allah tidak memerlukan petunjuk dalam melakukan dakwah-Nya sedangkan kita sangat memerlukannya. Dakwah yang Allah lakukan berlaku sepanjang masa, sedangkan dakwah kita hanya sementara. Berikut ini kita akan mempelajari dakwah yang dilakukan Allah, yang kita llihat dari beberapa aspeknya, di antaranya: Kerangka Epistemologis, Pesan, Metode, Media, Respon, dan Tujuan.

1. Kerangka Epistemologis
- Q.S. Yunus [10] ayat 25
Artinya :“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam).”

- Q.S. Al-Ahzab [33] ayat 56
Artinya :“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
- QS. Ash-Shaff [61] ayat 14
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.”

2. Pesan
Dakwah Allah memiliki pesan, sirat al-mustaqim. Jalan yang lurus yang dimaksud adalah dinul islam, yang mencakup pedoman segala kegiatan kehidupan manusia. Sirat al-mustaqim adalah jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang yang telah diberi nikmat dari Allah, yakni Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.

3. Metode
Metode atau uslub dakwah Allah adalah hidayah. Sebagaimana salah satu nama Allah yaitu Al-Hadiy, artinya Dialah yang menunjuki akal manusia kepada kebenaran. Dia memberikan petunjuk jalan kebenaran dan sekaligus jalan yang lurus. Hidayah adalah petunjuk Allah menuju jalan yang benar. Hidayah ada dua macam yaitu Hidayatul Irsyad dan Hidayatut Taufiq. Hidayatul Irsyad adalah ilmu dan penjelasan. Hidayatut Taufiq adalah amal terhadap ilmu atau ittiba’ .
Q.S. Al-Qalam ayat 7
Artinya :“Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Apabila Allah memberi Hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Media
- Jibril
Malaikat Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu. Malaikat Jibril adalah satu dari tiga malaikat yang namanya disebut dalam Al Quran . Nama lain malaikat Jibril adalah Ruhul Kudus. Nama Malaikat Jibril disebut dua kali dalam Al Quran yaitu pada surat Al Baqarah ayat 97-98 dan At Tahrim ayat 4.
Artinya :“Katakanlah: ‘Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman’. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 97-98)
Artinya :“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, Maka Sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan), dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.” (QS. At-Tahrim [66]: 4)

Bentuk fisik Ruhul'qudus, ada tertera dalam uraian mengenai kisah nabi Muhammad, kala beliau mendapat wahyu kali kedua, dan nabi menuntut untuk melihat rupa asli Jibril as, atau bagaimana sesungguhnya dzat wujud Jibril tanpa rupa samar, sebagaimana di kali-kali yang lain, sang utusan (ruhul'qudus) selalu nampak dalam rupa seorang manusia biasa. Ruhul'Qudus, tampak wujudnya dengan enam ratus sayap antara masyrik dan maghrib(barat-timur) sayap dan busana kebesarannya putih laksana mutiara yang larut, dengan rupa yang begitu elok dan rupawan, dan dengan kekuatan yang dahsyat penuh mukzijat.
- Muqarrabin
Bermakna orang-orang yang dekat dengan Allah swt, Islam menghubungkan para pengikut-Nya dengan Allah secara langsung. Islam juga mengisyaratkan bahwa Allah selalu bersama mereka pada setiap saat. Salah satu pokok akidah islam adalah mengajarkan seorang muslim itu mesti melakukan shalat fardhu lima kali setiap hari. Shalat merupakan sarana muslim untuk mendekatkan dirinya pada Allah.

Artinya :“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah [2]: 165)

Mencintai Allah merupakan salah satu sifat orang-orang beriman, orang yang mencintai sesuatu senantiasa ingin dekat dengan yang dicintainya. Telah diriwayatkan oleh Rasulullah saw, bahwasanya ada beberapa orang yang berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, kami sangat mencintai Allah.” Lalu, turunlah firman Allah: Katakanlah, “jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu.” (QS. 3: 31). Dengan dalil ini, ketaatan kepada Rasulullah saw, menjadi tanda bukti dari benarnya kecintaan seseorang kepada Allah.
Para muqarrabin adalah media dakwah Allah terhadap manusia, karena mereka yang terdepan dalam melaksanakan kehidupan dengan pedoman (sirat al-mustaqim). Pertama kali menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah swt, sehingga manusia mengikuti dan meneladaninya. Allah tidak memberikan hidayah melalui kaum kafirin, zhalimin, dan Musyrikin.

5. Respon
- Mukminin, yaitu orang yang beriman. Mereka mengikrarkan dengan lidahnya bahwa Allah sembahan mereka, hatinya penuh keyakinan, dan perbuatannya mencerminkan keyakinannya. Mereka menerima dakwah Allah dengan beriman dan bertaqwa pada-Nya.
Artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa [4]: 150-152)
- Kafirin, yaitu orang kafir. Mereka menolak dakwah Allah dengan mengingkari nikmat dari-Nya, mengabaikanperintah-Nya, dan merasa nyaman melakukan larangan-Nya.
Artinya: “Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” (QS. Fathir [35]: 39)
6. Tujuan
Daarussalam menjadi tujuan dakwah Allah. Ini adalah tujuan hakiki dari kegiatan dakwah, karena kehidupan yang sebenarnya adalah di surga-Nya. Orang yang masuk ke dalam neraka sesungguhnya ia tidak mati juga tidak hidup, sebagaimana Allah jelaskan dalam firman-Nya QS. Thaha ayat 74 :
Artinya :“Sesungguhnya Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan berdosa, Maka Sesungguhnya baginya neraka Jahannam. ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.”

Apabila kita menerima dakwah Allah, yaitu menjadi orang beriman, maka telah Allah sediakan bagi kita surga darussalam, sebagaimana firman-Nya QS. Al-An’am 6; 126-127:

“Artinya : Dan Inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. Bagi mereka (disediakan) darussalam (syurga) pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.”


KESIMPULAN
Dari uraian di atas bisa kita fahami bahwaDakwah yangdilakukan Allah merupakan suatu keniscayaan, tanpa dakwah-Nya maka kita tidak akan mampu menjalani kehidupan. Dengan memahami dan menghayati proses dakwah yang Allah lakukan, maka kita akan menyadari bahwa hanya Allah semata yang berhak memberikan hidayah kepada manusia, kita hanya menjadi media atau perantara. Meski demikian, pahala yang besar Allah janjikan bagi para pendakwah, semoga kegiatan dakwah kita semakin mantap.


DAFTAR PUSTAKA
al-Qur’an dan terjemahnya
al-Qarni, A’id Abdullah. Alqur’an Berjalan, Potret Keagungan Manusia Agung. Sahara Publishers Jakarta. 2005.
Ahmad Bahjat, Akulah Tuhanmu. Mengenal Allah, Risalah Baru Tauhid. Cetakan IV (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001)
Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh
Wikipedia, “Malaikat Jibril”, diakses tanggal 15 Nopember 2009

ETIKA DAKWAH

oleh : FAJAR BURNAMA


1. Mengapa etika dakwah dibutuhkan dalam berdakwah, menurut dalil dan fenomena empirik?

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu, berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

AKUMULASI MASALAH MASYARAKAT

oleh Fajar Burnama


Sangat memilukan! Manusia kini senang berkonflik dan saling membenci. Mulai dari konflik kepentingan sampai menimbulkan konflik fisik yang semakin menggurita. Belum lama kita menyimak informasi mengenai tawuran antar pelajar, mahasiswa, dan kampung di berbagai daerah, kemudian penertiban pedagang kaki lima di beberapa daerah yang berakhir bentrok antara petugas dan pedagang. Belum lagi konflik akibat hasil pemilu yang tidak sejalan dengan ekspektasi, sampai harus saling serang dan mencelakakan. Mengapa semua ini terjadi ?

Kalau kita selidiki, semua hal ini disebabkan oleh akumulasi permasalahan yang menimpa masyarakat. Masalah itu mencakup masalah ekonomi, sosial, politik, budaya, seni, dan lainnya. Ekonomi masyarakat yang kian memprihatinkan, sulitnya lapangan kerja, baik karena ketiadaan lowongan hingga ketiadaan kemampuan (skill). Ditambah sistem ekonomi kapitalis yang mencekik para pengusaha kecil dan menguntungkan para pemodal besar. Diperparah lagi dengan maraknya skandal ekonomi para penguasa dan pengambil kebijakan, seperti skandal Bank Century yang belum juga terpecahkan.

Sosial, kini orang lebih mementingkan dirinya sendiri alias egosentris, orang kaya tidak memperdulikan orang miskin, orang lapang tidak lagi merangkul orang yang berada di dalam kesempitan. Yang terjadi kini, orang kaya semakin kaya, orang miskin kian melarat. Kesenjangan sosial semakin menganga, banyak artis pamer kekayaan di TV tanpa menghiraukan perasan khalayaknya.

Politik, masyarakat bingung dengan kondisi saat ini, mereka hanya dijadikan komoditas oleh para elit, suara mereka begitu dibutuhkan, tapi aspirasi mereka tidak dihiraukan. Belum lagi maraknya PEMILU yang memakan biaya yang sangat banyak, menambah daftar panjang masalah, betapa tidak, dengan biaya yang tidak sedikit itu jika diguynakan untuk memberi makan orang miskin, berapa juta perut bisa dibuat kenyang. Juga konflik horizontal yang terjadi akibat “jagoan”-nya kalah, mereka diperdaya oleh para elit yang biadab untuk melakukan kekerasan dan kebrutalan.

Krisis kepemimpinan pun terjadi, masyarakat kian hari semakin kehilangan arah kehidupan, tidak ada sosok pemimpin yang bisa mengarahkan mereka menuju kebaikan. Para pejabat pun asyik dengan pemenuhan ambisi pribadinya dan di waktu yang sama acuh terhadap rakyat kecil. Para wakil rakyat di\ parlemen pun menunjukkan model kepemimpinan yang payah, cara mereka bicara yang tak mau kalah, dan keras kepala, membuat rakyat kecewa.

Budaya, kita pun semakin terbuai dengan budaya asing yang merusak. Negeri kita yang dulu betapa membanggakan di mata dunia karena kekayaan budayanya, kini luntur sudah. Kita sepakat bahwa tidak semua budaya asing itu buruk, tapi celakanya kebanyakan yang dicontoh dan dipelihara oleh kebanyakan masyarakat kita, terutama generasi muda adalah hal;-hal yang buruk dan tercela. Seni, dewasa ini seni dijadikan dalih oleh sebagian orang untuk menutupi kerendahan etika dan moralnya. Manakala lukisan bugil disebut sebagai ekspresi seni, maka ini sungguh membahayakan.. Belum masalah-masalah yang lain yang juga sangat mengkhawatirkan.

Masyarakat umum, terutama menengah ke bawah, terkesan tidak lagi mengindahkan mana benar dan salah, mana baik dan buruk karena gelapnya mata, tertutup oleh kabut masalah yang lebat. Secara psikologis, seseorang akan senantiasa mencari kepuasan dirinya. Yang menjadi malapetaka adalah manakala orang tidak lagi memperhatikan rambu-rambu yang berlaku dalam memenuhi kepuasan dirinya.

Kehidupan dewasa ini yang semakin sulit, menurut kebanyakan orang, menjadikan masyarakat mengidap penyakit yang kian meradang, yakni lupa daratan. Penyakit yang satu ini sangat sulit disembuhkan. Kita lebih senang mengurusi masalah dengan prespektif sekuler, sehingga yang menjadi tolok ukur kehidupannya adalah hal-hal yang bersifat keduniaan. Kita halalkan segala cara untuk mendapatkan kepuasan. Injak bawah, sikut kanan, sikut kiri, dan jilat atas menjadi keseharian kita.

Karena hakikat dari kehidupan ini adalah ujian, maka kebahagiaan dan kesedihan serta kesulitan menjadi keniscayaan. Adanya malam karena adanya siang, adanya kebaikan karena adanya kejahatan, begitu pula adanya kekayaan tentu karena adanya kemiskinan. Inilah keadilan Tuhan, semuanya diciptakan seimbang dan berpasangan. Laki-laki tiada artinya tanpa kehadiran wanita, begitu pula wanita yang akan tidak berdaya tanpa kehadiran laki-laki.

Setiap manusia harus siap menghadapi kenyataan yang akan terjadi. Saat kita bahagia kita harus menyiapkan diri untuk menyongsong kesedihan yang pasti akan menjelang. Saat kita sedih, sabarlah karena kebahagiaan akan segera menyapa. Kita harus mampu menghadapi kebahagiaan dan kesedihan dengan sikap yang terbaik. Hidup ini adalah pilihan yang menuntut kita untuk mampu memilih yang terbaik. Semakin kita mampu memilih hal yang terbaik dalam kehidupan saat ini, kelak kita akan mendapatkan yang terbaik di kehidupan yang akan datang. Tapi bila yang kita pilih justru hal yang buruk, bersiaplah untuk mendapatkan yang serupa nanti.