Selasa, 28 Agustus 2012

Memperindah Bacaan Al-Qur’an

by Fajar Burnama

Tajwid secara bahasa berarti membaguskan, sedangkan secara istilah merupakan mengeluarkan setiap huruf sesuai dengan haq dan mustahaqnya. Haq huruf adalah sifat asli yang senantiasa menyertai huruf seperti sifat al hams, al jahr, dan sebagainya. Sementara mustahaq huruf adalah sifat tambahan yang nampak sewaktu-waktu.
Hukum mempelajari ilmu tajwid secara bahasa adalah fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid hukumnya adalah fardhu ‘ain.

 “Dan Bacalah Al-Qur’an dengan tartil.”
(QS. Al-Muzammil ;4)
“Bacalah Al-qur’an dengan cara dan suara orang Arab yang fasih.”
(HR. Thabarani)

EPISODE KEHIDUPAN


by Fajar Burnama



Kebahagiaan bagai berlian di dalam sebuah laci yang terkunci pada lemari yang terkunci di dalam kamar yang terkunci di sebuah rumah yang terkunci dengan pagar tinggi yang terkunci, begitulah gambaran seorang ulama.
Dalam perjalanan hidup manusia, tentu yang diharapkan adalah kebahagiaan terus-menerus alias bahagia selalu, tapi mungkinkah? Hal ini mungkin terjadi apabila ukuran kebahagiaan kita adalah iman, sehingga setiap waktu kita akan merasa bahagia karena meyakini setiap episode kehidupan adalah buah dari kasih sayang Allah. Tetapi menjadi tidak mungkin manakala ukuran kebahagiaan semata nafsu dan prasangka.
Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur’an:”Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.(QS. Ar-Ra’du [13]: 29)

Yang Lalu Biar Berlalu


from book: LAA TAHZAN (DR. AIDH' AL QARNI)

Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu!

Kamis, 08 Maret 2012

Silsilah Nabi Muhammad saw

by ibn akhdhar


'Adnan
Mu'ad
Nizar
Mudar
Ilyas
Mudrika
Khuzayma
Kinana
Al Nadr (Al Quraysh)
Malik
Fihr
Ghalib
Lu'ayy
Ka'ab
Murra
Kilab
Qussayy (Real name: Zayd)
'Abdu Manaf (Real name: Al Mughira)
Hashim (Real name: 'Amr) as Banu Hashim
'Abdu Al Mutallib (Real name: Shaiba)
'Abdullah
MUHAMMAD SAW,

Senin, 02 Januari 2012

definisi dakwah


by fajar ibn akhdhar

Pengertian dakwah yang sering diungkapkan oleh para ahli hampir memiliki kesamaan definisi antara satu dengan yang lainnya. Secara etimologi semua sepakat bahwasanya kata dakwah berasal dari kata benda (Isim) yang diambil dari kata kerja Transitif (Fi’il Muta’adi) yaitu Da’a Yad’u Daiyatan wa da’watan. Yang mengandung nilai dinamika yakni ajakan, seruan panggilan, atau permohonan. Makna-makna tersebut mengandung unsur upaya atau usaha yang dinamis.[1] Adapun secara terminologi, dakwah merupakan suatu proses atau upaya untuk merubah suatu situasi kepada situasi yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam.[2]
Menurut Ibnu Taimiyah, yang dikutip oleh Syaikh Akram Kassab dari kitab Majmu’ Al-Fatawa, dakwah adalah ajakan untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta pada yang dibawa oleh Rasulullah dengan mempercayai apa yang disampaikan dan mentaati apa yang diperintahkan.[3]
Menurut Syaikh Al-Qardhawi, yang dikutip oleh Syaikh Akram Kassab dari kitab Tsaqah Ad-Daiyah, “Dakwah adalah mengajak keadaan Islam, mengikuti petunjuk-Nya, mengokohkan manhaj-Nya di muka bumi, beribadah kepada-Nya, memohon pertolongan dan taat hanya kepada-Nya, melepaskan diri dari semua ketaatan kepada selain-Nya, membenarkan apa yang dibenarkan oleh-Nya, menyalahkan apa yang disalahkan-Nya, menyuruh kepada yang makruf, mencegah yang mungkar, dan berjihad di jalan Allah, atau dengan kata lain yang lebih singkat, berdakwah kepada Islam secara khusus dan sepenuhnya, tanpa balasan dan imbalan”


[1]     Lihat Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Syafe’i, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hlm. 27.
[2]     Lihat  A. Hasjmy, Dustur Dakwah dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 17.
[3]     Lihat Syaikh Akram Kassab, Metode Dakwah Yusuf Al-Qardhawi, terj. Muhyidin Mas Ridha (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), hlm. 1.