Rabu, 30 September 2009

PENGERTIAN DAKWAH SECARA FILOSOFIS

by Adib Akhdhar

Pada dasarnya, dakwah dapat dipandang sebagai sebuah realitas, dakwah dapat dikaji dan dijelaskan melalui berbagai perspektif, seperti sosiologi, antropologi, sejarah. Politik, dan tentu saja filsafat. Ketika dakwah didekati dari sudut filsafat, maka akan segera muncul pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus segera dijawab. Misalnya, apakah dakwah itu? Apakah tujuan dakwah itu? Apakah dakwah diperlukan bagi kehidupan manusia? Mengapa manusia memerlukan dakwah? Apa akibatnya kalau tidak ada dakwah?
Pertanyaan-pertanyaan tadi merupakan problem ontologis dakwah yang harus dijelaskan oleh filsafat dakwah. Karena ia mengkaji problem ontologis dengan sendirinya filsafat dakwah akan berurusan dengan pertanyaan apa yang diketahui atau esensi yang hendak dikaji atau suatu pengkajian teori-teori untuk mengetahui yang terdalam tentang sesuatu atau apa kenyataan (realitas) dari sesuatu itu.
Dakwah adalah terma yang terambil dari Al-Qur'an. Ada banyak ayat yang diantara kata-katanya sama dengan akar kata dakwah, yaitu dal, ain, wawu. Menurut hasil penelitian, Al-Qur'an menyebutkan kata da'wah dan derivasinya sebanyak 198 kali, tersebar dalam 55 surat dan bertempat dalam 176 ayat. Ayat-ayat tersebut sebagian besar (sebanyak 141) turun di Makkah, 30 ayat turun di Madinah dan 5 ayat dipertentangkan antara Makkah dan Madinah sebagai tempat turunnya, karena ada perbedaan tentang tempat turunnya Surat al-Hajj (QS 22), Yakni surat yang memuat kelima ayat tersebut.
Filsafat dakwah berdasarkan makna filsafat sebagai kegiatan berpikir sesuai hukum berpikir, dapat dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis tentang dan mendalam tentang dakwah dan respons terhadap dakwah yang dilakukan para da'i, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia yang beriman serta berakhlak mulia. Pada prateknya, filsafat dakwah akan mempelajari secara kritis dan mendalam mengapa ajaran Islam perlu dikomunikasikan, disosialisasikan,, diinternalisasikan dan diamalkan? Mengapa keyakinan manusia perlu diluruskan? Mengapa pikiran manusia perlu dimerdekan dari anasir-anasir irasional? Mengapa jiwa manusia perlu dibersihkan dari hawa nafsu yang buruk? Mengapa nilai-nilai kemanusiaan perlu ditumbuhkembangkan. Inilah sederatan pertanyaan mendasar yang harus dijawab secara tuntas oleh filasaf dakwah.
Dan adapun pengertian dakwah menurut seorang pakar secara istilah diantaranya:
a. Dakwah adalah usaha yang mengarah untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak sesuai dengan kehendak dan tuntunan kebenaran.
b. Dakwah adalah usaha membuka konfrontasi keyakinan di tengah manusia, membuka kemungkinan bagi kemanusiaan untuk menetapkan pilihannya sendiri.
c. Dakwah islam adalah dakwah kepada setandar nilai-nilai kemanusiaan dalam tingkah laku pribadi-pribadi didalam ubungan antar manusia dan sikap prilaku antar manusia.
d. Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada benar yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
e. Dakwah merupakan suatu peruses usaha untuk mengajak agar orang berimamn kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan oleh rosul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
f. Dakwah adalah usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik kepada indivu maupun masyarakat.
g. Dakwah adalah gerakan untuk merealisasikan undang-undang (ihya al-Nidaham) Allah yang telah menurunkan kepada nabi Muhammad SAW.
h. Dakwah adalah mendorong (memotivasi) untuk manusia agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti peeeetunjuk serta memerintah perbutan makruf dan memcegah dari perbuatan mungkar supaya mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.
i. Dakwah adalah setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau lisan dan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat-syariat serta akhlak islamiyah.
Berbicara tentang hakikat, tentu kita membicaran sesuatu secara mandasar . Seorang penyanyi dangdut yang dengan lenggak-lenggok erotis di atas panggung menyanyikan lagu ajakn berbakti kepada Tuhan, adakah ia seorang da’i? Tentu saja penyanyi itu menyanyikan lagu dakwah, akan tetapi pada hakikatnya ia tidak sedang berdakwah. Dakwah tidak hanya kata-kata yang keluar dari mulut seorang da’i, melainkan hadir dari dalam jiwa seorang da’i. Maraknya kegiatan dakwah dewasa ini boleh jadi malah kontra dakwah karena secara hakikat ia telah keluar dari dakwah.
Sebagai suatu istilah, dakwah merupakan konsep khas Islam yang mengandung pengertian menyeru kepada hal yang positif, yaitu positif menurut nilai dan norma agama Islam. Secara umum, makna pokok yang menjadi “benang merah” dari pengertian dakwah yang berbeda-beda terletak pada tiga hal :
1. Amar ma’ruf nahi mungkar. Seluruh kegiatan dakwah pada dasarnya bertujuan untuk merealisasikan kebaikan (al-khoir) dan mengeliminasi segala hal yang menyebabkan orang semakin jauh dari jalan Tuhan Allah SWT.
2. Ishlah. Makna ishlah dari dakwah ini nampak kuat pada upaya dakwah untuk meningkatkan kualitas kebaikan dan menurunkan kadar keburukan di dalam masyarakat. Dalam makna ini dakwah dipahami sebagai segala upaya yang bertujuan untuk merubah kondisi negatif ke kondisi yang positif atau untuk memperbaharui dalam makna meningkatkan kondisi yang positif ke kondisi yang lebih positif lagi.
3. Dengan demikian dakwah pada dasarnya adalah bersifat taghyir (pengubah) dari realitas sosial yang tidak/belum ilahiyah menjadi berkondisi atau berwatak ilahiyah.
Hakikat dakwah bisa dilihat dari pribadi seorang da’i, bisa juga dari makna yang dipersepsi oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
Hakikat dakwah :
- Dakwah sebagai tabligh
Dakwah sebagai tabligh wujudnya adalah mubaligh menyampaikan materi dakwah (ceramah) kepada masyarakat. Materi dakwah bisa berupa keterangan, informasi, ajakan, seruan, atau gagasan. Seorang mubaligh harus menjadi subjek dakwah yang sesungguhnya. Ia harus mampu melakukan kegiatan tablighnya dengan program yang tersusun rapih. Tidak melakukan tablighnya hanya menunggu undangan.
- Dakwah sebagai ajakan
Harus jelas tujuan dalam berdakwah, sehingga mad’u akan mengikuti ajakan da’i jika tujuannya menarik.
- Dakwah sebagai pekerjaan menanam
Berdakwah merupakan mendidik manusia agar mereka mampu melakukan segala hal sesuai dengan nilai-nilai islam. Mendidik merupakan menanamkan nilai-nilai ke dalam jiwa manusia.
- Dakwah merupakan pekerjaan menbangun
Sebagaimana sejarah telah membuktikan, dakwah islam telah mampu membangumn peradaban yang maju di segala bidang. Dengan nilai-nilai islam yang terus-menerus diinternalisasikan kedalam pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia msks akan terbangun kehidupan yang bermakna. Membangun bisa dalam arti membuat bangunan baru, atau juga mengganti bangunan yang telah ada yang membutuhkan energi yang lebih besar, karena terlebih dahulu harus membongkar bangunan yang telah ada. Dalam membangun diperlukan konsep, tenaga ahli dan bahan yang terbaik agar terciptanya bangunan yang baik, kuat dan tahan lama.

ISLAM

by Adib Akhdhar


1. Pengertian Islam (Etimologi dan Terminologi)
2. Tujuan Islam
3. Isi Syariat Islam
4. Formulasi Islam

Pengertian
Dalam bahasa Arab, الإسلام berarti “berserah diri” dan merupakan suatu Dīn yang berarti "aturan" atau "sistem" (QS. Al-Maidah:83) :
وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad saw.)

Secara etimologis, kata tersebut diturunkan dari akar yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”. Kata 'Muslim' (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islām. Kata tersebut berarti “orang yang berserah diri kepada Allah" dalam bahasa Indonesia.
Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Nama Islam itu sendiri adalah diberi oleh Allah Tuhan sekelian alam. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim, adapun lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah. Dalam Islam, ada tiga konsep yang penting yaitu Iman, 'amal dan Ihsan.
Islam, yaitu:
1. Mengucap dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Allah saja dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan rasul Allah
2. Mendirikan shalat lima kali sehari
3. Membayar zakat
4. Berpuasa pada bulan Ramadhan
5. Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu
Rukun Iman
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat Allah
3. Iman kepada kitab-kitab Allah (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur, lembaran Ibrahim)
4. Iman kepada nabi dan rasul Allah
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada qada dan qadar

Tujuan

1. Memperoleh Ridho Allah
2. Menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat
3. Memberikan petunjuk bagi kehidupan manusia
4. Satu-satunya agama yang diterima Allah
5. Mempermudah urusan manusia
6. Menenangkan hati

Al-Baqarah : 208
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
QS. Al-Baqarah : 256
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ali Imron : 19
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
QS. Ali Imron : 20
فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Ali Imron : 85
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi
Ali Imron : 102
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Al-Maidah : 3
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا ... ...
...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu...
Ar-rum : 43
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ الْقَيِّمِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ
Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah.
Al-Qalam : 35
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ
Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)?

Isi Syariat Islam

Syariat Islam adalah ajaran Islam yang membicarakan amal manusia baik sebagai makluk ciptaan Allah maupun hamba Allah. Terkait dengan susunan tertib Syari'at, Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan RasulNya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan RasulNya belum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah.
Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.
• Asas Syara'
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Quran itu Asas Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara'. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati syari'at Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syari'at yang berlaku.
• Furu' Syara'
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadits. Kedudukannya sebaga Cabang Syari'at Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara ijtihadiyah.
Islam mencakup setiap jengkal kehidupan manusia. Setiap bidang kehidupan manusia diatur oleh islam. Tidak ada satu pun agama yang lain di dunia selain islam yang memiliki cakupan universal. Setiap manusia yang berada dikolong langit wajib beragama islam seluruhnya, karena seluruhnya ada dalam islam. Mulai dari urusan pribadi, masyarakat, negara, bahkan dunia diatur dalam syariat islam. Sosial, politik, ekonomi, hukum, dan aspek kehidupan lainnya dicakup dalam syariat islam. Hablumminallah wa hablumminannas (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia) merupakan isi syariat islam.

Formulasi Islam

Fase Makkiyah (selama beliau berdakwah di Makkah)
1. Muhammad di Makkah yakni sebagai pedagang, kemudian diangkat sebagai nabi dan rasul, yang oleh para ahli disebut fase awal kehidupan Muhammad saw,
2. Penekanan dengan penyampaian dan penyebaran da’wah, baik secara rahasia ataupun secara terang-terangan, dimulai dari keluarga terdekat , sebagai penyelamatan manusia dari kesesatan kepada petunjuk yang terang, mengeluarkan umat manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam yang terang benderang.
3. Penekanan dengan melakukan tarbiyah kepada orang-orang yang menerima da’wah dan beriman kepada da’wah beliau saw, men-tazkiyah / menyucikan jiwa mereka, pembinaan ini dilakukan di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam Al-Makhzumi, untuk membentuk pondasi masyarakat Islami usaha yang dilakukan adalah :
• mengajarkan Dienul Islam
• mengaplikasikan Islam dalam kehidupan mereka.
• memperdalam makna ukhuwah islamiyah di antara mereka
• saling berwasiat dengan haq dan kesabaran
4. Berusaha untuk tidak memberikan perlawanan secara fisikal terhadap gangguan dan rintangan da’wah, cukup dengan jihad da’wah. Padahal musuh-musuh Islam menyerangnya dengan berbagai kekuatan fisikal. Bahkan Khobbab ibn Al-Arot ra, pernah mengadu kepada Rasulullah saw. tentang siksaan yang diderita oleh shahabat yang lain. Shahabat Khobbab lalu mengusulkan agar kaum Muslimin diizinkan memberikan perlawanan fisikal atau Rasulullah berdo’a kepada Allah untuk kehancuran orang-orang kafir. Tapi beliau menganggap tindakan itu sebagai langkah isti’jal .
5. Terus bergerak dengan da’wah, tidak hanya terfokus di Makkah, hijrahnya beberapa orang ke Habasyah (Sekarang Ethiopia), perginya beliau ke Tha’if, usaha beliau untuk menjalin hubungan dengan jemaah haji yang datang ke Makkah di musim haji merupakan bukti amanah beliau dalam menyampaikan Risalah Islam.
6. Kesinambungan kerja dalam meletakkan strategi dan langkah-langkah untuk masa depan da’wah islamiyah. Seperti mengadakan perjanjian dan sumpah setia (bai’at) dengan orang-orang Yatsrib; kemudian mengutus Mus’ab bin Umair (duta dakwah islam pertama) kepada mereka untuk mengajarkan Al Qur’an dan Islam, berusaha memiliki kontak dengan kabilah-kabilah di luar kota Makkah untuk mencari suaka dan tempat berlindung; Dan akhirnya beliau hijrah ke Yatsrib/Madinah dengan strategi yang sangat rapi dan matang.
Pelajaran penting dari Hijrah Nabi saw,
 Keharusan untuk memadukan antara usaha dan strategi dengan tawakal
 Keharusan ikhlas dan menjauhi kepentingan-kepentingan pribadi dalam dakwah
 Bersikap bijaksana dalam kondisi lapang maupun sempit
 Keteguhan ahlul iman dalam kondisi sulit
 Barang siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menjaganya
 Bahwa pertolongan harus melalui kesabaran
 Perlunya sikap santun dan menghadapi keburukan dengan kebaikan
 Penyebaran dan kuatnya islam
 Berdirinya hukum dan komunitas masyarakat islam
 Terjadinya ukhuwah islamiyah dan lenyapnya semangat ashabiyah, golongan dan kesukuan
 Catatan penting tentang mulianya kedudukan kaum muhajirin dan anshar
 Kehebatan metode pembinaan Nabi saw,
 Keistimewaan kota Madinah
 Pentingnya peran dan fungsi masjid bagi umat
 Besarnya peran kaum wanita dalam dakwah
 Besarnya peran pemuda
Setelah tiba pertolongan dari Allah melalui hijrah kaum muslimin ke Yatsrib atau Madinah, maka dakwah islam semakin berkembang. Kaum Anshor yang dimotori oleh kaum Aus dan Khajraj melakukan bai’at kepada Rasulullah saw, yang dinamakan Bai’atul ‘Aqobah 1 dan 2. Dakwah nabi saw beserta para sahabat berlangsung lebih mudah, karena kaum anshor sangat mudah menerima cahaya kebenaran islam yang dibawa islam. Dengan mengajarkan islam melalui Al-Qur’an dan sunnah Nabi saw, serta dibentuknya pondasi negara islam pertama di dunia (daulah islamiyah) terbentuklah tatanan masyarakat yang menjadi model masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi.
Fase Madaniyah (selama beliau berdakwah di Madinah)
1. Muhammad di Madinah yakni sebagai politisi dan negarawan, serta sebagai pembebas, yang oleh para ahli disebut fase akhir kehidupan Muhammad saw,
2. Penekanan dalam pemantauan proses penyampaian da’wah, tarbiyah dan tazkiyah kepada orang-orang yang menerima da’wah dengan cara penyampaian Al Qur’an, mengajarkannya dan menerapkannya dalam kenyataan hidup mereka. Juga melakukan pembangunan masjid (Masjid Nabawi) sebagai tempat pembinaan umat, mempersaudarakan antara orang-orang Anshar dan Muhajirin serta terus mempererat hubungan persaudaraan di antara mereka.
3. Penuh perhatian dengan berdirinya suatu tatanan masyarakat atau tata perlembagaan masyarakat Islami (daulah) setelah ketiga unsurnya sempurna, yaitu :
 Adanya basis masyarakat yang beriman, hal ini sudah beliau persiapkan sejak diutusnya Mus’ab bin Umair ke Yatsrib sebelum Hijrah.
 Adanya basis geografis yang aman, di mana kota Yatsrib sangat strategis jiks dilihat dari berbagai aspeknya, di samping sebagai realisasi petunjuk Allah dalam mimpi beliau (mimpi seorang Nabi merupakan wahyu yang benar).
 Adanya aturan hidup yang jelas, yakni syari’at Islam yang terus mengatur interaksi masyarakat.
4. Penekanan pada melaksanakan aplikasi syari’at Islam bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa pandang bulu, baik untuk perorangan atau masyarakat luas. Malah beliau menegaskan, putri beliau tercinta pun tidak akan lepas dari hukum tersebut, apabila ia melanggar (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).
5. Berusaha mengadakan perdamaian dengan musuh-musuh Islam yang mau berdamai dan berusaha untuk hidup berdampingan dalam suatu tatanan masyarakat Islami.
6. Menghadapi musuh-musuh Islam yang berusaha menyerang dengan jalan melakukan peperangan, mengadakan latihan dan patroli ketenteraan serta terus mengadakan mobilisasi pasukan mujahidin yang siap tempur bila saja beliau minta. Sebagai contoh adalah kisah Hanzalah. Beliau tidak sempat mandi junub setelah malam pengantinnya karena mendadak ada penggilan jihad menuju Uhud. Di dalam perang Uhud sahabat Hanzalah syahid. Malaikatlah yang memandikan beliau sebelum akhirnya dikuburkan oleh kaum muslimin.
7. Merealisasikan Alamiyatudda’wah Al-Islamiyah, sebagai Rahmatan lil ‘Alamin dengan cara mengirim utusan-utusan dan surat-surat da’wah ke berbagai daerah atau negara tetangga serta menerima tamu-tamu dari utusan negara lain sebagai bukti bahwa da’wah beliau untuk seluruh umat manusia. Berikut beberapa surat da’wah yang dikirim ke berbagai daerah :
 Heraclius sebagai Raja Romawi
 Amir Yamamah
 Amir Bahrain
 Kisra sebagai Raja Persia  Najasyi sebagai Raja Habsyi
 Muqauqis sebagai Gubernur Mesir
 Ami r Oman
Berikut ini prinsip dakwah Nabi Muhammad saw, yang juga menjadi faktor keberhasilan dakwah beliau saw, :
1. Mengetahui keadaan medan (mad’u), melalui penelitian, dan perenungan
2. Melalui perencanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat
3. Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara umum
4. Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari situasi yang negatif untuk meraih situasi yang lebih positif
5. Melalui syiar ajaran dan pranata islam, antara lain melalui khutbah, adzan, iqamah, dan shalat berjamaah, ta’awun, zakat, dll
6. Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Quinuqa
7. Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai
8. Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan pengertian
9. Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakatnya (‘ala qadri uqulihim)
10. Melalui surat, sebagaimana telah dikirimkan kepada penguasa-penguasa
11. Melalui uswah hasanah dan syuhada ‘alannaas, dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib)

Dari prinsip dan langkah dakwah di atas, kita dapat mengetahui kaidah-kaidah dakwah Rasulullah saw, sebagai berikut :
1. Tauhidullah
2. Ukhuwah Islamiyah
3. Musawah, yakni sikap persamaan sesama manusia, tidak arogan, tidak saling merendahkan
4. Musyawarah, menghargai pendapat orang lain
5. Ta’awun, yakni tolong-menolong
6. Takaful al-ijtima, yakni sikap senasib sepenanggungan, tanggung jawab bersama, solidaritas sosial
7. Jihad dan Ijtihad, semangat dan bersungguh-sungguh, kreatif, inovatif, aktif dalam segala persoalan
8. Fastahiq al-khayrat, berlomba-lomba dalam kebaikan
9. Tasamuh, toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak, menghargai perbedaan
10. Istiqamah, semangat disiplin, tidak goyah akan cobaan dan rintangan

DAKWAH

by Adib Akhdhar

1. Secara Etimologi
Berasal dari kata دعا - يدعو - دعوة , dakwah secara etimologi (bahasa) memiliki pengertian yang bermacam-macam :
- النداء : memanggil dan menyeru
- Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif atau pun yang negatif
- Suatu usaha berupa perkataan ataupun perbuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliran atau agama tertentu
- Doa (permohonan), seperti pada firman-Nya
أجيب دعوة الداعي إذادعاني......
“...Aku mengabulkan permohonan orang jika ia meminta kepada-Ku...”
- Meminta, mengajak
2. Secara Terminologi
Terdapat beragam pengertian dakwah secara istilah, hal ini disebabkan oleh perbedaan para ulama dalam memaknai dan memandang kalimat dakwah itu sendiri, di antaranya :
- Dakwah merupakan pekerjaan mengomunikasikan pesan islam kepada manusia.
- Dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitif yang rumusannya bisa diambil dari Al-Qur’an dan Hadits, atau dirumuskan oleh da’i, sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya.
- Dakwah adalah usaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain.
- Dakwah adalah menyampaikan (at-tabligh) dan menerangkan (al-bayan) apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
- Dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan petunjuk, serta menyuruh kepada kebaikan (ma’ruf) dan melarang kepada kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Dakwah adalah pengetahuan yang dapat memberikan segenap usaha yang bermacam-macam, yang mengacu kepada upaya penyampaian ajaran islam kepada seluruh manusia yang mencakup akidah, syariat dan akhlak.
- Dakwah adalah kegiatan para ulama dengan mengajarkan manusia apa yang baik bagi mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat menurut kemampuan mereka.
- Dakwah adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan dan mengajarkan serta mempraktikkan ajaran islam di dalam kehidupan sehari-hari.
- Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara pendapat-pendapat para ulama tentang pengertian dakwah. Dan menurut saya dakwah adalah suatu kegiatan aktif seorang mukmin untuk menyebarkan nilai-nilai islam baik dengan kata-kata ataupun dengan tindakan (karya nyata) menuju terinternalisasikannya ajaran islam dalam kehidupan sehingga diraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Dakwah dalam Qur’an dan Hadits
- Ali Imron : 104
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
- Ali Imron : 110
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
- An-Nahl : 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
- Fushilat : 33
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?’ “
- Bulughul Maram, Hadits 1551
َوَعَنْ مُعَاوِيَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَنْ يُرِدِ اَللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي اَلدِّينِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
“Dari Muawiyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah ia akan diberi pemahaman tentang agama." Muttafaq Alaihi.
- Bulughul Maram, Hadits 1286
َوَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( جَاهِدُوا اَلْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ, وَأَنْفُسِكُمْ, وَأَلْسِنَتِكُمْ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ
Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu." Riwayat Ahmad dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim.
- “Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, makaia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
- Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebenaran, maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang-orang yang mengikuti petunjuk tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka dapatkan: (HR. Muslim)
- “Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui perantaraanmu, maka hal itu lebih baik bagimu daripada unta merah” (HR. Bukhari Muslim)

Rabu, 23 September 2009

Kembali ke Fitrah ga???

by Adib Akhdhar

Langit biru, udara sejuk, matahari cerah mengiringi hari-hari umat islam di seluruh dunia, karunia dari Sang Pencipta. Hati bahagia, pikiran tenang, raga segar, begitu kita memasuki suatu hari penuh kemuliaan. Hari Raya Idul Fitri. Hari kemenangan bagi para pengabdi setia Sang Khaliq, pecinta-Nya, Pengagung-Nya. Bagi setiap hamba yang paripurna memanfaatkan momentum berharga penuh keutamaan, Ramadhan Mubarak.
Tak terbatas pada pak Haji, pak Ustadz, Pak Kiyai, Pak Presiden, Pak RT, Mang tukang becak, Bos perusahaan besar, semuanya diberikan kesempatan yang sama untuk mengumpulkan tabungan amal sebanyak-banyaknya. Betul, keutamaan bulan ini bukan hanya untuk santri tapi juga untuk mantri, bukan hanya untuk petani kencur tapi juga untuk direktur. Di manapun ia berada tak tertutup peluang mengumpulkan kebaikan setinggi gunung. Setiap helaan nafas menjadi tasbih, amalan sunnah dipahalai wajib, amalan wajib dilipatgandakan pahalanya, subhanallah...
Genap sudah satu bulan Ramadhan kita lewati. Ada yang melewatinya dengan rangkaian amal kebaiklan, dan tidak sedikit yang melewatinya dengan kesia-siaan bahkan kenistaan. Setiap masjid menggema dengan dentuman syiar ibadah dari pagi buta hingga pagi kembali menyapa. Tapi di sudut kota yang lain, pesta pora tetap terlaksana. Mungkin inilah dunia selalu ada keseimbangan.
Setiap individu muslim bahkan non muslim merasakan dan hyanyut dalam eforia kemenangan hari raya Idul Fitri. tapi sejatinya mereka yang larut dalam kebahagiaan hari raya tidak semua benar-benar mendapatkan keutamaannya, yakni kembali pada fitrah (kesucian). Setiap orang boleh ikut merayakan idul fitri, tapi hanya orang-orang pilihan yang mendapatkannya.
Rasa penasaran yang tentu menggelayut dalam benak kita adalah, apakah kita termasuk kedalam orang-orang pilihan yang mendapatkan idul fitri??? Jawaban yang paling tepat adalah, lihatlah dirimu sendiri, sebesar apa kebahagiaanmu menjelang bulan penuh ampunan ini? sesiap apa kau menjalani setiap aktifitas di bulan ini, ilmu, jasmani, rohani? sejuah mana kau mampu memelihara setiap detik di bulan ini dalam rangka ibadah karena Allah? Sebanyak apa usahamu untuk menjauhi hal-hal yang tiada guna bahkan melalaikan-Nya? Jawablah semuanya dengan jujur dan tulus. setelah kau temukan jawabannya, tentukan langkah selanjutnya!
Bulan Syawwal merupakan bulan penngkatan bukan kebebasan, ibadah kita semuanya. Semangat Ramadhan harus terus termaktub dalam sanubari kita. Inilah indikasi keberhasilan kita mnenjalani bulan tarbiyah, Ramadhan. Semoga Allah yang Maha Perkasa memberi kita kemampuan untuk mnjalani setiap helaan nafas kita dalam rangka cinta pada-Nya.

Senin, 07 September 2009

Jadilah Manusia Sesungguhnya!


Perjalanan kehidupan semakin tidak menentu bagi sebagian orang. Tujuan dan arah yang tak tentu arah, menjadikan banyak orang bingung dalam menjalankan kehidupannya. Belum lagi cara mereka menjalani kehidupan yang tak berpedoman menjadikan hidup ini begitu tidak menarik dan membosankan. Benar dan salah kini telah semakin sumir, orang yang berbuat salah bisa jadi merasa telah berbuat benar karena banyak orang yang memakluminya dan sama sekali tidak melarang atau mengkritiknya. Sebaliknya, orang yang berbuat baik dan benar sering merasa bersalah, entah karena sikap orang padanya atau keresahan dan kekhawatirannya. Yang berbuat salah merasa tenang dan terus melakukannya. Sedangkan yang berbuat benar merasa bersalah dan akhirnya berhenti melakukannya.
Seseorang yang masuk ke dalam suatu lingkungan yang telah membudaya dan mengakar sistem yang buruk dan kotor di dalamnya, meski tadinya ia seorang yang jujur dan memilliki idealisme yang kuat, lambat laun ia akan terbawa. Kita tentu tahu, di waktu yang lalu, orang yang dikenal sebagai orang yang bersih dan berdedikasi tinggi, tapi ia kemudian menjadi narapidana korupsi setelah menjadi pejabat di salah satu lembaga. Sehingga muncul anggapan bahwa selama sistem yang salah tidak dirubah, sekuat apapun idealisme seseorang lama-kelamaan ia akan mengikuti sistem itu juga.
Cara kita menyelesaikan masalah yang tidak tepat menyebabkan masalah tak kunjung berakhir.