Sabtu, 27 November 2010

Ruang lingkup jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

- IBN AKHDHAR-

Khithobah

Secara etimologis, khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’), khutbah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).

Berdasarkan pengertian di atas, maka khutbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat Jum’at (khutbah diniyah) juga memerlukan persiapan yang lebih matang, penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat perhatian.

Selain khutbah Jum’at (khutbah ta’siriyah), ada pula khutbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu: khutbah ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, khutbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan khutbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam makalah ini yang akan dikaji adalah khusus tentang khutbah Jum’at.





Kitabah

Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, serta obsesi yang akan dituliskannya. Walaupun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian, imajinasi, dan kreativitas penulis dalam mengungkapkan gagasan.

Langkah-langkah Menulis

Proses penulisan memang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu sebagai berikut: (1) merencanakan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4) merevisi.

I’lam

Merupakan kajian radio, televisi dan film dakwah. Membicarakan media dakwah tidak lepas dari metode yang dilakukan dalam melakukan dakwah. Pengembangan metode dakwah tabligh sangat berkaitan media yang harus menyertainya. Seorang da’i harus mampu memilih media dakwah yang relevan dengan kondisi mad’u yang telah dipelajari secara komprehensif dan berkesinambungan. Kegiatan dakwah yang dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi mad’u akan lebih memberikan dampak, karena kemudian dakwah dilakukan dengan media dan metode yang sesuai. Seorang da’i hendaklah memilih metode dan media yang dari masa ke masa terus berkembang, seperti radio, internet (web, blog, twitter, facebook, dll), televisi, komputer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar