Minggu, 28 November 2010

Kaidah Mufrad (tunggal) – Jamak (berbilang), Kaidah Dhamir (Kata Ganti), Tadzkir (penunjuk laki-laki) dan Ta’nits (penunjuk perempuan) & Kaidah Ta’rif

-ibn akhdhar-

Kaidah Mufrad (tunggal) – Jamak (berbilang)

Mufrad adalah sebutan untuk kata benda (isim) yang menunjukkan satu atau tunggal. Sedangkan Jamak adalah sebutan untuk kata benda (isim) yang berarti lebih dari satu atau banyak.
Kaidah Mufrad-Jamak dalam Al-Qur’an :
1. Kata yang selalu disebutkan dalam bentuk mufrad (tunggal) misalnya : ardh (bumi), shirath (jalan), nur (cahaya).
2. Kata-kata yang selalu disebutkan dalam bentuk jamak, misalnya : lubb-albab (orang orang yang memikirkan), kub-akwab (piala-piala).
3. Kata yang dipergunakan dalam bentuk mufrad dan jamak untuk maksud atau konteks yang berbeda. Kata-kata tersebut antara lain : Sama’ – samawat, rih – riyah, sabil – subul, maghrib –magharib, masyriq – masyariq.
Kata sama’ dalam bentuk jamak adalah untuk menyebut bilangan atau untuk menunjukkan betapa luasnya. Dan dalam bentuk mufrad jika yang dimaksud adalah arah atas, sebagai lawan bawah.
Kata rih biasanya disebutkan dalam bentuk mufrad jika digunakan dalam konteks azab dan digunakan dalam bentuk jamak jika digunakan dalam konteks rahmat.
Kata sabil disebutkan dalam bentuk mufrad, jika digunakan dalam konteks kebenaran dan disebutkan dalam bentuk jamak jika untuk jalan kesesatan.
Kata masyriq dan maghrib dimufradkan untuk menunjukkan arah, di jamak kan jika menunjukkan dua tempat terbit dan dua tempat terbenam, yakni musim dingin dan musim panas. Dijamakkan karena keduanya adalah tempat terbit dan tempat terbenam setiap hari.

Kaidah Dhamir (Kata Ganti), Tadzkir (penunjuk laki-laki) dan Ta’nits (penunjuk perempuan).

Dhamir (kata ganti) berfungsi untuk menghindari pemborosan kata-kata, mempersingkat perkataan, tanpa mengubah maknanya, contohnya :
“Sungguh, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang taat, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, tabah, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatan, laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah, bagi mereka Allah menyediakan ampunan dan pahala yang besar” (QS 33 : 35)
kata “hum” yaitu “mereka” pada akhir ayat menggantikan 25 kata yang disebutkan sebelumnya. Dhamir mempunyai kata yang digantikan yang disebut isim zhahir (kata yang disebutkan dengan jelas) dan isim marji’ (tempat kembali).
Dhamir terdiri atas tiga macam :
1. Kata ganti orang pertama, menggunakan dhamir mutakallim.
2. Kata ganti orang kedua, menggunakan dhamir mukhatab.
3. Kata ganti orang ketiga, menggunakan dhamir ghaib.
Tadzkir (penunjuk laki-laki) adalah kata-kata yang menunjukkan jenis gender laki-laki (mudzakkar) dan ta’nits (penunjuk perempuan) adalah kata-kata yang menunjukkan jenis gender perempuan (mu’annats). Untuk mendalami masalah ini silahkan mempelajari ilmu nahwu (gramatika) Bahasa Arab.

Kaidah Ta’rif (Isim Makrifah) dan Tankir (Isim Nakirah)

Isim Makrifah adalah kata benda tertentu, mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
1. Ta’rif dengan isim dhamir (kata ganti) untuk meringkas kalimat, contoh QS 33 : 35 : “Sungguh, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang taat, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, tabah, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatan, laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah, bagi mereka Allah menyediakan ampunan dan pahala yang besar”.
2. Ta’rif dengan nama diri berfungsi untuk beberapa maksud :
a. Menghadirkan pemilik nama itu dalam hati pendengar dengan cara menyebut namanya yang khas, contoh QS 112 : 1-2 : “Katakanlah, Dia lah Allah, Yang Maha Esa, Allah Yang Kekal, Yang Mutlak”
b. Memuliakan atau mengungkap identitas, contoh QS 48 : 29 : “Muhammad adalah utusan Allah, orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, kasih-sayang antara sesamanya, akan kau lihat mereka rukuk dan sujud (dalam shalat), mencari karunia Allah dan ridhaNya”.
c. Menghinakan atau meremehkan, contoh QS 111 : 1 : “Binasalah kedua tangan Abu Lahab, binasalah dia”.
3. Ta’rif dengan isim isyarah (kata penunjuk), untuk maksud tertentu
a. Menjelaskan yang ditunjuk itu dekat, dengan kata penunjuk “hadza” atau “hadzihi”, contoh QS 31 : 11
b. Menjelaskan bahwa sesuatu yang ditunjuk itu jauh, dengan kata penunjuk : dzalika, tilka, ula’ika.
c. Menjelaskan keagungan yang ditunjuk dengan menggunakan kata penunjuk jauh : dzalika, contoh QS 2 : 2.
d. Menghinakan dengan kata penunjuk dekat, contoh QS : 29 : 64.
4. Ta’rif dengan isim maushul karena beberapa alasan :
a. Karena tidak disukai penyebutan namanya untuk menutupi atau merendahkan, contoh QS 46 : 17
b. Untuk menunjukkan umum, contoh QS 29: 69.
c. Untuk meringkas kalimat, contoh QS 33 : 69.
5. Ta’rif dengan alif dan lam, antara lain berfungsi untuk :
a. Menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui, karena sudah disebutkan sebelumnya.
b. Menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui oleh pendengar.
c. Menunjukkan hakikat makna secara keseluruhan.
d. Menunjuk seluruh pengertian yang tercakup didalamnya.
6. Ta’rif dengan idhafah, antara lain berfungsi sebagai berikut :
a. Memuliakan, contoh QS 15 : 42.
b. Menunjuk pengertian umum, contoh QS 35 : 3.
Isim Nakirah adalah kata benda tak tentu, digunakan untuk beberapa fungsi, antara lain sbb :
1. Menunjukkan tunggal, contoh QS Yasin [28] : 20 : “Dan seorang laki-laki datang tergesa-gesa dari ujung kota”. Kata “rajulun” maksudnya seorang laki-laki.
2. Menunjukkan ragam-macam, contoh QS Al-Baqarah [2] : 96 : “Sungguh akan kau dapati merekalah orang yang paling serakah ingin hidup”. Yaitu ragam kehidupan, mencari tambahan untuk masa depan.
3. Menunjukkan tunggal dan ragam sekaligus, contoh QS An-Nur [24] : 45 : “Allah menciptakan semua yang melata dari air”. Maksudnya, setiap macam dari segala macam binatang itu berasal dari suatu macam air dan setiap individu (satu) binatang itu berasal dari satu nutfah.
4. Mengagungkan atau memuliakan, contoh QS Al-Baqarah [2] : 279 : “Jika kamu lakukan, ketahuilah, suatu pernyataan perang dari Allah dan Rasulnya”. Kata “harb” berarti peperangan yang dahsyat .
5. Menunjukkan jumlah yang banyak, contoh QS Asy-Syu’ara’ [26] : 42 : “Setelah ahli-ahli sihir datang, mereka berkata kepada Fir’aun, “Tentu kami akan mendapat imbalan bila kami yang menang ?”. Kata “ajran” ialah pahala yang banyak.
6. Mengagungkan dan menunjukkan arti banyak sekaligus, contoh QS Fatir [35] : 4: “Kalau mereka mendustakan engkau, Rasul-Rasul sebelummu pun sudah didustakan dan kepada Allah segala persoalan dikembalikan”. Maksudnya, Rasul-Rasul yang mulia dan banyak jumlahnya.
7. Untuk merendahkan, contoh QS Abasa [80] : 18 : “Dari bahan apakah Ia menciptakan ? Dari setetes air mani. Ia menciptakan, lalu membentuknya menurut ukuran”.
8. Menyatakan jumlah yang sedikit, contoh QS At-Taubah [9] : 72 : “Allah menjanjikan kepada orang yang beriman, laki-laki dan perempuan (yaitu) taman-taman surga …. Dan keridlaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang gemilang”. Artinya ridla Allah yang sedikit itu lebih besar daripada surga-surga yang ada, kerena merupakan pangkal kebahagiaan.
9. Menunjukkan pengertian umum jika nakirah tersebut mengandung unsur nafyi atau nahyi atau syarth atau istifham, contoh QS 82 : 19 : “Hari ketika tak seorang pribadi pun berkuasa atas pribadi yang lain dan segala urusan hari itu hanyalah semata pada Allah”. Kata nafs dalam ayat tersebut bersifat umum, siapapun orangnya sama, tidak dapat membantu orang lain.

1 komentar: