Selasa, 16 November 2010

refleksi tahun berulang

- by fajar ibn akhdhar -

Semilir angin mengurai bulu-bulu di tubuh. Di ujung perjuangan meraih bintang satu dalam pendidikan, tuaku semakin mengemuka. diwarnai bermacam peristiwa alam yang memilukan negeri, aku harus kokoh berdiri menatap hidup yang sebenarnya. Prematur kurasa banyak hal dalam diriku di umur ini. Beragam dosa masih biasa kulakukan, jangan sampai semuanya kuanggap benar. Amal dan bakti masih sangat langka kujalani, dengan alasan kurang motivasi.

Kali ini aku mesti membuktikan diri sebagai pemilik kecerdasan yang memang dikaruniakan Sang Pemilik Hidup bagi para pemimpin bumi. Kecerdasan yang belum teraktivasi apalagi termaksimalkan. Ketika dihadapkan pada situasi sulit seringkali aku salah bersikap. Ketika tak ada seorangpun menatap, kulakukan sesusaku. Dimana kecerdasan itu?

Saat ini adalah saatnya kuhitung diri sebelum tiba saatnya hari perhitungan yang pasti datang menyapa. Kuraba kekurangan diri dengan jujur dan bijak. Kubayangkan siksa kelak yang pasti menghampiri karena kesalahan diri. Alangkah takut hati ini karena tak sanggup memimpin dengan baik. Padahal memang ia tk dibina dengan baik, banyak kesal, benci dan dusta.

Di Waktu ini kuhadapkan diri pada harapan yang indah di masa datang. Semua ingin dan harap itu aku hujamnkan dalam laku dan tindak yang mewarnai hari-hari. Sadari waktu tak akan kembali bermula, kuingin tak lengah selamanya. Degan kualitas diri yang kurasa besar aku ingin meraih semua bahkan selebihnya. Moga Yang Kuasa sepakat dengan apa yang kusuka.

Kini, kuhaturkan pada semua yang mengenalku, ampuni diri yang tak mampu memelihara hubungan ini. Kusadari aku sering lupa diri, menghinakan dan tak acuh pada kalian. Kutundukkan jumawa diri, kutundukkan tinggi hati, kubaringkan angkuh diri dengan harap kalian memberi kesempatan tuk sekian kalinya. Mari kita bersama-sama meraih mimpi yang haqiqi dengan bahagia hati dan ridho Ilahi. (15/11/01)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar