Senin, 29 November 2010

Definisi, Komponen dan Model Komunikasi Antar Budaya

-ibn akhdhar-

Komunikasi merupakan hal yang pasti dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya, demikian juga dengan hewan. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupannya. Bahkan seorang bayi pun sudah dapat melakukan komunikasi, seperti ketika ia menangis itu bias jadi menandakan bahwa ia sedang lapar atau tidak nyaman. Maka jelaslah bahwa komunikasi adalah hal penting yang harus dipelajari dan dipahamai.
Setiap perilaku dapat menjadi komunikasi bila kita memberi makna terhadap perilaku orang lain atu perilaku kita sendiri. Setiap orang akan sulit untuk tidak berkomunikasi karena setiap perilaku berpotensi untuk menjadi komunikasi untuk ditafsirkan.
Pada saat seseorang tersenyum maka itu dapat ditafsirkan sebagai suatu kebahagiaan, ketika orang itu cemberut maka dapat ditafsirkan bahwa ia sedang ngambek. Ketika seseorang diam dalam sebuah dialog itu bisa diartikan setuju, malu, segan, marah, atau bahkan malas atau bodoh. Diam bisa diartikan setuju seperti perlakuan Rasulullah saw. yaitu ketika ada seorang sahabat yang menggosaok giginya ketika berwudhu, ini menunjukkan bahwa beliau setuju dengan perlakuan sahabat tadi namun tidak dengan penegasan. Secara implisit semua perlakuan manusia dapat memiliki makna yang akhirnya bernilai komunikasi
Para ahli komunikasi membagi paradigma pemahaman yang berbeda mengenai landasan ilmiah komunikasi, diantaranya :

1. Paradigma Klasik
a. Filsafat sebagai akar ilmu komunikasi
Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.
Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).
b. Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi
Psikologi behaviorial adalah aliran dalam disiplin ilmu psikologi yang banyak mempengaruhi lahirnya ilmu komunikasi. Dengan demikian, para ahli behaviorial memahami komunikasi dengan enam pengertian, seperti termuat dalam kamus psikologi, Dictionary of Behaviorial Science, (Rakhmat, 1997: 3) sebagai berikut : Komunikasi adalah :
1) Penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara,
2) Penyampaian atau peneriamaan sinyal atau pesan oleh organisme,
3) Pesan yang disampaikan,
4) Teori komunikasi, proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan,
5) (K.Lewin), pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain,
6) Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
c. Sosiologi sebagai akar ilmu komunikasi
Sosiologi adalah hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara gejala yang satu dengan gejala yang lainnya yang berlangsung di masyarakat. Hubungan antar gejala tersebut menggunakan symbol-simbol pesan, baik verbal (kata-kata), maupun nonverbal (isyarat, gerak, gambar, dll). Simbol-simbol itu ketika disampaikan oleh seseorang kepada orang lain senantiasa memiliki makna dan tujuan yang jelas. Begitu pula proses penerimaan pesan yang merupakan proses pemaknaan symbol-simbol tersebut.
d. Antropologi sebagai akar ilmu komunikasi
Antropologi biasanya dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari manusia dan aspek kebudayaannya guna membangun suku bangsa yang ada. Dalam antropologi budaya, terdapat konsep yang relevan dengan komunikasi, yakni masalah symbol, bahasa, dan pemaknaan. Bahasa adalah kumpulan symbol paling penting dalam berbagai kultur.

2. Paradigma Kontemporer
a. Matematika sebagai akar ilmu komunikasi
Diawali dengan adanya teori informasi dari Claude Shannon dan Warren Weaver, yang dimuat dalam buku The Mathematical Theory of Communication (1949). Kemudian direduksi kembali dalam buku Communication Theories: Origins Methods Uses in The Mass Media karya Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr. Teori informasi atau model matematis ini telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap kemunculan teori-teori lain sesudahnya.Bahkan model Shannon and Weaver ini telah dijadikan sebagai dasar bagi berbagai bentuk komunikasi, yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi public, dan komunikasi massa.
Model matematis ini pada satu sisi dapat dijadikan dasar pengembangan komunikasi kontemporer, namun di sisi lain, teori ini hanya memberikan gambaran proses komunikasi yang bersigat parsial, dan komunikasi dipandang sebagai fenomena statis dan datu arah, serta tidak ada ruang untuk umpan balik dari komunikan kepada komunikator.
b. Fisika sebagai akar ilmu komunikasi
Umumnya para filsuf komunikasi sepakat akan adanya dua aliran yang berkaitan dengan pandangan terhadap pemaknaan. Aliran tersebut adalah aliran fisika dan aliran mental. Aliran fisika memandang pemaknaan sebagai unit (bagian) dari dunia fisik yang ada secara mandiri dari setiap aktivitas manusia. Sebagai contoh, pemaknaan dapat dipahami sebagai data, sikap, ataupun informasi.
Aliran mental memandang pemaknaan two exist hanya sebagai unit-unit dalam kesadaran untik manusia, pemaknaan tersebut dipandang sebagai kesan, maksud, atau ide.
c. Biologi sebagai akar ilmu komunikasi
Perkembangan embrio manusia terdiri atas 46 kromosom yang mempunyai berjuta-juta gen yang susunannya melengkapi informasi. Kode genetic menentukan ciri-ciri, seperti warna kulit, rambut, mata, penyakit, dan keterlambatan mental, juga mempengaruhi skor IQ, dan lain sebagainya.
Definisi Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communico yang artinya membagi (Cherry, dalam Stuart yang dikutip Cangara,yang dikutip Ujang Saefullah). Berarti membagi gagasan, ide atau pikiran antara seseorang dengan yang lain. Dalam definisi kontemporer, komunikasi merujuk pada cara berbagi pikiran, makna, pesan dianut secara sama. Sedangkan dalam makna lain, komunikasi yang dalam bahasa Inggris communication dan dalam bahasa Belanda communicate, berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini berarti sama dalam makna (Effendi dalam Ujang Saefullah).
Kata lain yang serupa dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan pada kesamaan dan kebersamaan. Tanpa komunikasi maka tidak akan terbentuk komunitas. Berbicara tentang komunikasi, tidak ada komunikasi yang benar ataupun yang salah. Definisi harus dilihat dari kemanfatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai ‘berbagi pengalaman’.
Secara terminologis, para ahli telah mendefinikan komunikasi dalam berbagai prespektif. Dalam prespektif filsafat, komunikasi dimaknai untuk mempersoalkan apakah hakikat komunikator/komunikan, dan bagaimana ia menggunakan komunikasi untuk berhubungan dengan realitas lain di alam semesta (Rakhmat, dalam Ujang Saefullah). Dari prespektif psikologi, Hovland, Janis, dan Kelly (dalam, Rakhmat, yang dikutip Ujang Saefullah) mendefinisikan sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimulus (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”. Maksudnya, proses di mana seorang individu (komunikator) menyampaikan stimulus untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan).
Kemudian dalam prespektif sosiologi, Collin Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Harnack dan Fest (1964) menganggap bahwa komunikasi sebagai proses interaksi antara orang untuk tujuan integrsi intrapersonal dan interpersonal. Edwin Neumann (1948) mengartikan komunikasi sebagi proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi berfungsi (Rakhmat, 1997: 8). Ketiga pendapat ini menunjukkan bahwa sosiologi meneliti komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Tujuan kelompok itu dibangun dengan melakukan interaksi social antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.
Maka, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Pernahkah kamu terlibat dalam perbincangan ala mahasiswa seperti berikut ini ?
+ “Wah, aku telah menyaksikan komunikasi yang efektif hari ini! Kemarin ayahku pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Tadi subuh adikku Rizal juga pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Itulah yang namanya persuasi.“
- “Bisa jadi itu persuasi, tapi yang jelas bukan komunikasi.”
+ “Apa maksudmu bukan komunikasi? Perginya ayahku ke masjid untuk shalat berjamaah itu mengkomunikasikan sesuatu kepada adikku dan menimbulkan perubahan yang jelas dengan perginya adikku ke masjid juga subuh tadi.”
- “Aku ragu ayahmu apakah ayahmu sengaja membujuk adikmu untuk pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Kamu tidak mendengar ayahmu meminta adkmu untuk pergi ke masjid, kan?”
+ “Tidak, sih. Tetapi kurasa hal itu tidak relevan. Orang dapat ‘berkomunikasi’ tanpa sengaja, dan mereka pun tidak perlu menggunakan kata-kata.”
- “Konsepmu ngawur tentang komunikasi. Aku baca dalam buku Miller dan Steinberg tempo hari. Mereka bilang ‘komunikasi’ adalah proses yang disengaja, transaksional, simbolik.”
+ “Mereka salah! Waltzlawick, Beavin, dan Jackson yang lebih memahami tentang komunikasi daripada Miller dan Steinberg, mengatakan bahwa ‘we cannot not communicate’, yang berarti ‘anda tidak dapat tidak berkomunikasi.’”
- “Omong kosong, masak sih…”
Dengan berkomunikasi, kita berusaha untuk mendefinisikan sesuatu, termasuk isltilah ‘komunikasi’ itu sendiri. Hingga kini terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Tahun 1976 saja Fank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan.
Dance mengemukakan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Di antaranya adalah :
Pertama, tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakkannya. Seperti, definisi komunikasi sebagai “proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian yang terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai ‘alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya’ terlalu sempit.
Kedua, kesengajaan (intentionallity). Sebagian definisi hanya mencakup pengiriman dan penerimaan pesan secara disengaja, sedangkan definisi lain tidak menuntuk hal tersebut.
Ketiga, penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara implisit, menyertakan kebarhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu.
Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli , yang di antaranya :
 Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, “Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya. Dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, dll.”
 Carl I. Hovland, “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).”
 Everett M. Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dilihkan dari sumber kepada penerima dengan niat untuk mengubah tingkah laku mereka.”
 Raymond S. Ross, “Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”
 Haorld Lasswell, “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Dampak Bagaimana?”
Definisi Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) yaitu ''buddhayah'', yang merupakan bentuk jamak dari ''buddhi'' (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam (bahasa Inggris), kebudayaan disebut ''culture'', yang berasal dari kata (Latin) ''Colere'', yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata ''culture'' juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan, ruang, konsep alam semesta, obyek-obyek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.



PEMBAHASAN

Definisi Komunikasi Antar Budaya

Pada dasarnya, antara komunikasi dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan itu terletak pada variasi langkah dan cara serta metode manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial, bagaimana menjajaki makna, model tindakan dan bagaimana makna serta model‐model itu diartikulasi sebuah kelompok sosial yang melibatkan interaksi antar manusia. Dari penjelasan tersebut, berikut beberapa pendapat ahli tentang definisi komunikasi antarbudaya, yaitu :

Pertama, komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang‐orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antar suku bangsa, antar etnik, ras dan kelas sosial.

Kedua, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi antara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda.

Ketiga, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi atau kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta.
McLuhan menyatakan bahwa dunia saat ini telah menjadi “Global Village” yang mana kita mengetahui orang dan peristiwa yang terjadi di negara lain hampir sama seperti layaknya seorang warga negara dalam sebuah desa kecil yang menjadi tetangga negara-negara lainnya. Perubahan sosial adalah hal lain yang berpengaruh dalam komunikasi antar budaya yaitu dengan makin banyaknya perayaan-perayaaan budaya sebuah etnis dalam sebuah negara. Perbedaan budaya dalam sebuah negara menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara memandang dunia. Keanekaragaman tersebut menciptakan pola-pola komunikasi yang sama di antara anggota-anggota yang memiliki latar belakang sama dan mempengaruhi komunikasi di antara anggota-anggota daerah dan etnis yang berbeda. Perusahaan-perusahaan yang memiliki cabangnya di luar negeri, tentunya merupakan syarat mutlak bagi para karyawannya untuk memiliki bekal pengetahuan yang cukup mengenai situasi dan kondisi budaya yang akan dihadapinya (intercultural competence), salah-salah jika mereka gagal berkomunikasi dengan budaya yang dihadapinya, perusahaan hanya akan bertahan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Gudykunst and Kim mengkonsepkan fenomena komunikasi antar budaya sebagai “...sebuah transaksional, proses simbolik yang mencakup pertalian antar individu dari latar belakang budaya yang berbeda.” Kata kuncinya adalah proses. Komunikasi antar budaya seharusnya dapat dipandang dan dianalisis sebagai sebuah proses yang kompleks, bukan sekedar sebuah pertemuan.
Damen mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai “tindakan-tindakan komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang diidentifikasikan dengan kelompok-kelompok yang menampilkan variasi antar kelompok dalam bentuk pertukaran sosial dan budaya. Pertukaran bentuk, ekspresi individu, adalah variabel-variabel utama dalam tujuan, tatakrama, cara, dan arti-arti yang mana proses komunikatif memberikan efek.
Lustig and Koester’s menyatakan, komunikasi antar budaya adalah sebuah “proses simbolik yang mana orang dari dari budaya-budaya yang berbeda menciptakan pertukaran arti-arti”. Hal tersebut terjadi “ketika perbedaan-perbedaan budaya yang besar dan penting menciptakan interpretasi dan harapan-harapan yang tidak sama mengenai bagaimana berkomunikasi secara baik”.
Jandt mengatakan komunikasi antar budaya tidak hanya komunkasi antar individu tapi juga di antara “kelompok-kelompok dengan identifikasi budaya yang tersebar’. Ringkasnya, komunikasi antar budaya menjelaskan interaksi antar individu dan kelompok-kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda dalam perilaku komunikasi dan perbedaan dalam interpretasi.
Tujuan Komunikasi Antar Budaya adalah :
• Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi
• Mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya
• Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi
• Membantu mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan budaya
• Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi
• Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif

Ada beberapa alasan mengapa kita perlu komunikasi antar budaya, antara lain:

a) membuka diri memperluas pergaulan;
b) meningkatkan kesadaran diri;
c) etika/etis;
d) mendorong perdamaian dan meredam konflik;
e) demografis;
f) ekonomi;
g) menghadapi teknologi komunikasi; dan
h) menghadapi era globalisasi.
Komponen komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
• Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
• Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
• Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
• Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
• Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
Dari komponen komunikasi di atas dapat diketahui komponen komunikasi antar budaya sebagai berikut :
• Komunikator, yakni orang atau pihak yang mengirim pesan kepada pihak lain (komunikan) yang berbeda latar belakang.
• Pesan adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
• Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi antar pribadi atau tatap muka, saluran dapat menggunakan udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
• Komunikan, adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain yang berbeda latar belakang dengan komunikator.
• Umpan balik, tanggapan dari penerima pesan atas pesan yang disampaikan.
Model Komunikasi Antar Budaya

Dalam setiap budaya ada bentuk lain individu yang agak serupa dengan bentuk budaya itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa individu yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya. Ini menggambarkan adanya pengaruhpengaruh lain di samping budaya yang membentuk individu dan sekalipun budaya itu dominant dalam mempengaruhi individu, orang‐orang dalam suatu budaya pun memiliki sifat‐sifat yang berbeda.

Sementara model Gudykunst dan Kim mengasumsikan bahwa dua orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi ini mempunyai kedudukan yang sama, sama‐sama sebagai pengirim sekaligus penerima pesan, serta sama‐sama melakukan enconding dan deconding. Hal tersebut mengakibatkan pesan suatu pihak sekaligus juga adalah umpan balik bagi pihak laiinnya yang ditunjukkan oleh adanya garis dari penyandian seseorang ke penyandian balik orang lain dan dari penyandian orang kedua ke penyandian balik orang pertama. Sedangkan kedua garis umpan balik atau pesan itu menunjukkan bahwa setiap kita berkomunikasi, secara bersamaan kita melakukan penyandian dan penyandian balik. Dengan kata lain, komunikasi yang terjadi itu tidak statis.

Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian dan penyandian balik terhadap pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter‐filter konseptual yang dikategorikan menjadi factor‐faktor kultur, sosiokultur dan psikokultur yang nampak pada lingkaran dengan garis putus‐putus. Garis putus‐putus itu sendiri menggambarkan bahwa ketiga factor ini saling berhubungan dan mempengaruhi. Selain itu, kedua individu yang terlibat juga terletak dalam suatu kotak dengan garis putus‐putus yang berarti mewakili pengaruh lingkaran. Hal ini sekali lagi menggambarkan bahwa lingkaran tersebut bukanlah suatu sistem tertutup. Pengaruh kultur dalam model ini meliputi penjelasan mengenai kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya pandangan dunia, bahasa, sikap kita terhadap manusia (individualisme atau kolektivisme). Sebab ini akanmempengaruhi perilaku komunikasi kita.

Pengaruh sosiokultur akan nampak pada proses penataan social yang berkembang berdasarkan interaksi dengan orang lain ketika pola‐pola perilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu. Ada empat faktor utama dalam sosiobudaya yaitu : keanggotaan kita dalam kelompok sosial, konsep diri kita, ekspektasi peran kita, dan definisi kita mengenai hubungan antar pribadi.

Dimensi psikokultur mencakup proses penataan pribadi. Penataan pribadi ini adalah proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor‐faktor dalam psikobudaya adalah stereotip dan sikap terhadap kelompok lain. Kedua factor ini akan menciptakan pengharapan mengenai bagaimana orang lain akan berperilaku, dan pada akhirnya akan mempengaruhi cara kita menafsirkan stimulus yang dating dan prediksi kita tentang perilaku orang lain. Ada pula unsur lain yang melengkapi model Gudykunst dan Kim yaitu lingkungan. Lingkungan akan mempengaruhi kita dalam melakukan penyandian dan penyandian balik suatu pesan. Yang dimaksudkan dengan lingkungan adalah mencakup iklim, lokasi geografis, lingkungan fisik, dan persepsi kita atas suatu lingkungan.


KESIMPULAN
Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan- perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya yang notabene negara-negara yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya. Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan mulai dari melakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang sifatnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya. Satelit komunikasi telah membawa dunia menjadi semakin dekat, kita dapat menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi dalam belahan dunia,baik melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui teknologi komunikasi dan informasi, jarak geografis bukan halangan lagi kita untuk melihat ragam peristiwa yang terjadi di belahan dunia.
Jadi jelas dengan mempelajari komunikasi antar budaya berarti kita mempelajari kebiasaan-kebiasaan setiap etnis, adat, agama, geografis dan kelas sosial di masyarakat kita. Dengan pemahaman tersebut kita mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan komunikasi antar budaya, guna menyelesaikan konflik melalui dialog yang baik antara lain dengan identifikasi perspektif budaya.














DAFTAR PUSTAKA




Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya..2001.


Saefullah, Ujang. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. 2007.


Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2008.


Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya. 1994

Imanuel Virgini Olaga Natalia, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, 2007



Wikipedia, Komunikasi, diakses 4 April 2008


http://wa2npo3nya.blogspot.com/2008/02/apa-itu-komunikasi-antar-budaya.html diakses 4 Oktober 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar