oleh Fajar Burnama
Manusia merupakan ciptaan yang memiliki keunikan dibanding dengan ciptaan yang lain (QS. At-Tin 1-8). Keunikan manusia terletak bukan hanya pada bentuk fisik dan raganya, tetapi pada sisi spiritual dan ruhaninya. Secara fisik, manusia telah jelas memiliki perbedaan dibanding dengan makhluk yang lainnya. Bentuk yang paling sempurna, dengan fungsi yang berbeda dan spesifik. Semua potensi fisik manusia menjadi cirinya yang khas, yang membedakannya dengan makhluk lain, seperti hewan, terlebih tumbuhan. Manusia memiliki peluang untuk memperkuat dan memperindah bentuk fisiknya dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.
Semua yang dimiliki oleh tubuh manusia harus disyukuri dengan pemanfaatannya pada hal-hal terbaik sesuai dengan kaidah agama. Wajah yang menawan, tubuh yang kuat, raga yang sehat harus digunakan sebanyak-banyaknya dalam rangka meraih cinta Tuhan. Berlaku sombong, aniaya, dan pasif bukanlah jati diri manusia yang telah dianugerahi sekian banyak keistimewaan.
Berbeda pula dengan malaikat dan jin yang tidak berwujud, alias makhluk halus, manusia memiliki raga yang bisa diindera yang memungkinkannya untuk menunjukkan eksistensi dan perannya mengelola dan menjaga bumi dan isinya. Dengan segala kelebihan fisiknya, Allah mempercayakan manusia untuk menjadi Khalifah di muka bumi. Peran ini sempat diintruksi oleh malaikat, mereka menyangsikan kemampuan manusia dalam melaksanakan tugas yang teramat berat ini. Namun, Allah Yang Maha Agung, menjawabnya dengan ungkapan, “Inni a'lamu maa laa taf'aluun”,Aku lebih tahu apa yang tak kau ketahui. Ini berarti Allah percaya akan potensi manusia yang akan mampu mengemban tugas mulia tersebut.
Sisi rohani manusia merupakan potensi luar biasa berikutnya yang dimiliki oleh manusia. Manuisa diciptakan dengan sebuah potensi untuk mencapai kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Dan untuk mencapai kebahagiaan yang haqiqi di dunia dan akhirat nanti. Untuk mencapai dan menggapai semua itu, manusia harus memberdayakan sisi spiritual dan ruhaninya, bukan hanya fisik dan raganya. Pemberdayaan ruhani dan spiritualitas ini diwujudkan dengan ilmu dan perbuatan. Ilmu yang mengenalkan manusia tentang wujud, kebesaran dan kesempurnaan Allah swt, yang mutlak, sehingga ilmu itu membuahkan rasa cinta dan takut kepada-Nya, dan pada gilirannya, ilmu itu dapat menggerakkan fisik dan raganya untuk beramal shaleh.
Rasulullah saw, dengan metode tarbiyah yang terbaik, yaitu, membacakan ayat-ayatNya, mentazkiyah umat, dan mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah, mampu membentuk karakter dan sifat mulia sahabat, sehingga mereka memilki keteguhan dalam berlaku kebaikan. Ruhani yang menjadi sasaran utama penggemblengan nabi, di antaranya dengan dzikir, shalat malam, terapi sabar dan qona'ah benar-benar telah membentuk pribadi agung sahabat. Berbeda dengan pola tarbiah kekinian yang menitikberatkan pada pembinaan kemampuan olah akal dan fisik, menyebabkan krisis multidimensi yang diantara indikatornya adalah mengguritanya degradasi moral di kalangan umat.
Tarbiyah jasmani dan ruhani penting dilakukan dalam mempersiapkan insan muslim secara paripurna agar memiliki kesiapan dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat, baik dalam aspek kesehatan, intelektual, ilmiyah, spiritual, akhlak, sosial kemasyarakatan, emosional maupun kreatifitas, dalam seluruh fase pertumbuhannya, sesuai dengan prinsip dan dasar-dasar islam, serta selaras dengan metode dan sarana tarbiyah yang telah dipaparkan islam.
Sudah saatnya kita memberikan perhatian yang lebih terhadap segala potensi yang telah Allah karuniakan kepada kita. Setiap orang adalah penanggung jawab dirinya dan akan diminta pertanggung jawaban atasnya kelak. Raga yang sempurna, ruhani yang luar biasa harus bisa berkembang dengan sempurna dan baik. Tarbiyah jasmani dengan memelihara kesehatan, makan makanan bergizi Tarbiyah qalbu dengan taqarub dan tazkiyatun nafs.
Selain itu, pelihara jasmani dan ruhani kita dari segala hal yang merusak. Jasmani akan tumbuh dengan baik manakala ia dipelihara dari segala yang berbahaya dan diberikan segala yang bermanfaat. Begitu pula dengan ruhani, yang tidak mungkin akan tumbuh dengan sempurna kebaikannya kecuali dengan meraih sesuatu yang memberinya manfaat dan menolak sesuatu yang dapat membahayakannya.
Potensi yang dimiliki oleh manusia itu, pada sebagian manusia tidak berkembang dan bahkan hilang,. sehingga manusia menjadi makhluk yang hina dan lebih rendah dari binatang (QS.7;179) Oleh karena potensi itu tidak berkembang bahkan hilang, maka manusia menjadi rakus dan serakah. Kehancuran dan kerusakan moral dan sosial yang terjadi sepanjang sejarah manusia timbul karena tiadanya pemberdayaan terhadap potensi yang telah Allah simpan dalam penciptaan manusia.
Tetapi, pada sebagian manusia yang lain, potensi itu tetap ada dan berkembang, sehingga mereka menjadi manusia yang berkhidmat untuk Allah swt, dan untuk umat manusia. Untuk mereka Allah swt, siapkan pahala dan anugerah yang tidak terputus “ghayru mamnuun”(QS. Al-Insyiqaq).
Manusia merupakan ciptaan yang memiliki keunikan dibanding dengan ciptaan yang lain (QS. At-Tin 1-8). Keunikan manusia terletak bukan hanya pada bentuk fisik dan raganya, tetapi pada sisi spiritual dan ruhaninya. Secara fisik, manusia telah jelas memiliki perbedaan dibanding dengan makhluk yang lainnya. Bentuk yang paling sempurna, dengan fungsi yang berbeda dan spesifik. Semua potensi fisik manusia menjadi cirinya yang khas, yang membedakannya dengan makhluk lain, seperti hewan, terlebih tumbuhan. Manusia memiliki peluang untuk memperkuat dan memperindah bentuk fisiknya dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.
Semua yang dimiliki oleh tubuh manusia harus disyukuri dengan pemanfaatannya pada hal-hal terbaik sesuai dengan kaidah agama. Wajah yang menawan, tubuh yang kuat, raga yang sehat harus digunakan sebanyak-banyaknya dalam rangka meraih cinta Tuhan. Berlaku sombong, aniaya, dan pasif bukanlah jati diri manusia yang telah dianugerahi sekian banyak keistimewaan.
Berbeda pula dengan malaikat dan jin yang tidak berwujud, alias makhluk halus, manusia memiliki raga yang bisa diindera yang memungkinkannya untuk menunjukkan eksistensi dan perannya mengelola dan menjaga bumi dan isinya. Dengan segala kelebihan fisiknya, Allah mempercayakan manusia untuk menjadi Khalifah di muka bumi. Peran ini sempat diintruksi oleh malaikat, mereka menyangsikan kemampuan manusia dalam melaksanakan tugas yang teramat berat ini. Namun, Allah Yang Maha Agung, menjawabnya dengan ungkapan, “Inni a'lamu maa laa taf'aluun”,Aku lebih tahu apa yang tak kau ketahui. Ini berarti Allah percaya akan potensi manusia yang akan mampu mengemban tugas mulia tersebut.
Sisi rohani manusia merupakan potensi luar biasa berikutnya yang dimiliki oleh manusia. Manuisa diciptakan dengan sebuah potensi untuk mencapai kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Dan untuk mencapai kebahagiaan yang haqiqi di dunia dan akhirat nanti. Untuk mencapai dan menggapai semua itu, manusia harus memberdayakan sisi spiritual dan ruhaninya, bukan hanya fisik dan raganya. Pemberdayaan ruhani dan spiritualitas ini diwujudkan dengan ilmu dan perbuatan. Ilmu yang mengenalkan manusia tentang wujud, kebesaran dan kesempurnaan Allah swt, yang mutlak, sehingga ilmu itu membuahkan rasa cinta dan takut kepada-Nya, dan pada gilirannya, ilmu itu dapat menggerakkan fisik dan raganya untuk beramal shaleh.
Rasulullah saw, dengan metode tarbiyah yang terbaik, yaitu, membacakan ayat-ayatNya, mentazkiyah umat, dan mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah, mampu membentuk karakter dan sifat mulia sahabat, sehingga mereka memilki keteguhan dalam berlaku kebaikan. Ruhani yang menjadi sasaran utama penggemblengan nabi, di antaranya dengan dzikir, shalat malam, terapi sabar dan qona'ah benar-benar telah membentuk pribadi agung sahabat. Berbeda dengan pola tarbiah kekinian yang menitikberatkan pada pembinaan kemampuan olah akal dan fisik, menyebabkan krisis multidimensi yang diantara indikatornya adalah mengguritanya degradasi moral di kalangan umat.
Tarbiyah jasmani dan ruhani penting dilakukan dalam mempersiapkan insan muslim secara paripurna agar memiliki kesiapan dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat, baik dalam aspek kesehatan, intelektual, ilmiyah, spiritual, akhlak, sosial kemasyarakatan, emosional maupun kreatifitas, dalam seluruh fase pertumbuhannya, sesuai dengan prinsip dan dasar-dasar islam, serta selaras dengan metode dan sarana tarbiyah yang telah dipaparkan islam.
Sudah saatnya kita memberikan perhatian yang lebih terhadap segala potensi yang telah Allah karuniakan kepada kita. Setiap orang adalah penanggung jawab dirinya dan akan diminta pertanggung jawaban atasnya kelak. Raga yang sempurna, ruhani yang luar biasa harus bisa berkembang dengan sempurna dan baik. Tarbiyah jasmani dengan memelihara kesehatan, makan makanan bergizi Tarbiyah qalbu dengan taqarub dan tazkiyatun nafs.
Selain itu, pelihara jasmani dan ruhani kita dari segala hal yang merusak. Jasmani akan tumbuh dengan baik manakala ia dipelihara dari segala yang berbahaya dan diberikan segala yang bermanfaat. Begitu pula dengan ruhani, yang tidak mungkin akan tumbuh dengan sempurna kebaikannya kecuali dengan meraih sesuatu yang memberinya manfaat dan menolak sesuatu yang dapat membahayakannya.
Potensi yang dimiliki oleh manusia itu, pada sebagian manusia tidak berkembang dan bahkan hilang,. sehingga manusia menjadi makhluk yang hina dan lebih rendah dari binatang (QS.7;179) Oleh karena potensi itu tidak berkembang bahkan hilang, maka manusia menjadi rakus dan serakah. Kehancuran dan kerusakan moral dan sosial yang terjadi sepanjang sejarah manusia timbul karena tiadanya pemberdayaan terhadap potensi yang telah Allah simpan dalam penciptaan manusia.
Tetapi, pada sebagian manusia yang lain, potensi itu tetap ada dan berkembang, sehingga mereka menjadi manusia yang berkhidmat untuk Allah swt, dan untuk umat manusia. Untuk mereka Allah swt, siapkan pahala dan anugerah yang tidak terputus “ghayru mamnuun”(QS. Al-Insyiqaq).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar