oleh Fajar Burnama
Kebahagiaan bagai berlian di dalam laci lemari yang terkunci pada lemari yang terkunci di dalam kamar yang terkunci di sebuah rumah yang terkunci dengan pagar tinggi yang terkunci. Dalam perjalanan hidup manusia, tentu yang diharapkan adalah kebahagiaan terus-menerus alias bahagia selalu, mungkinkah? Hal ini mungkin apabila ukuran kebahagiaan kita bersifat internal, artinya dia tumbuh dan subur di dalam hati sanubari, sehingga setiap waktu kita akan merasa bahagia. Tetapi menjadi tidak mungkin manakala ukuran kebahagiaan berasal dari luar diri atau bersifat eksternal.
Sejujurnya, hidup ini menjadi tidak menarik manakala berlangsung datar, bahagia terus atau sedih terus. Hidap ini bagaikan alunan musik yang memiliki dinamika sehingga menarik dan enak didengar. Kadang dengan nada tinggi dan sesekali turun ke nada yang rendah, sehingga penyanyinya pun tidak kesulitan untuk melantunkannya dan yang pasti musik itu akan enak didengar. Mariah Carey, penyanyi yang dikenal sangat ahli menaikkan dan menurunkan suaranya, ia pun menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Karena hakikat dari kehidupan ini adalah ujian, maka kebahagiaan dan kesedihan menjadi keniscayaan. Adanya malam karena adanya siang, adanya kebaikan
karena adanya kejahatan, begitu pula adanya kebahagiaan tentu karena adanya kesedihan. Inilah keadilan Tuhan, semuanya diciptakan seimbang dan berpasangan. Laki-laki tiada artinya tanpa kehadiran wanita, begitu pula wanita yang akan tidak berdaya tanpa kehadiran laki-laki.
Setiap manusia harus siap menghadapi kenyataan yang akan terjadi. Saat kita bahagia kita harus menyiapkan diri untuk menyongsong kesedihan yang pasti akan menjelang. Saat kita sedih, sabarlah karena kebahagiaan akan segera menyapa. Kita harus mampu menghadapi kebahagiaan dan kesedihan dengan sikap yang terbaik. Hidup ini adalah pilihan yang menuntut kita untuk mampu memilih yang terbaik. Semakin kita mampu memilih hal yang terbaik dalam kehidupan saat ini, kelak kita akan mendapatkan yang terbaik di kehidupan yang akan datang. Tapi bila yang kita pilih justru hal yang buruk, bersiaplah untuk mendaptkan yang serupa nanti.
Saat kita dilahirkan, kita menangis sejadinya, sungguh tragis,. Pertanyaannya mengapa setiap bayi yang dilahirkan pasti menangis? Apakah mereka telah diajari bahwa manakala mereka dilahirkan maka mereka harus menangis ? tentu tidak, kalau pun iya siapa yang mengajarinya? Lalu apa maksudnya? Setiap bayi menagis saat dilahirkan karena mereka sedih akan segera menghadapi ujian yanga berat, yakni hidup di dunia. Padahal kalau mereka bisa memilih, lebih baik mereka tetap di dalam rahim sang ibu. Ya , inilah awal kesediahn yang pasti dirasakan oleh manusia, walau otak mereka belum berfikir sempurna.
Laki-laki dan wanita mulai merasakan ujian kehidupannya manakala mereka beranjak baligh, ya, sejak saat itulah kita dipikulkan beban untuk melakukan hal yang terbaik dan menjauhi hal-hal yang buruk. Mau ataupun tidak inilah kehidupan. Semakin banyak hal yang baik yang kita lakukan maka semakin kita sukses menjalani kehidupan ini, tapi jika sebaliknya, maka gagallah kita.
Norma yang membimbing kita untuk melakukan segala hal yang baik dan menjauh dari segala hal yang buruk. Norma ada yang berasal dari diri manusia sendiri, ada yang berasal dari luar, “something is out there”. Manakala kita berhasil memahami semua norma yang berlaku, maka semakin kita mahir melakukan hal yang baik. Benar dan salah bisa kita temukan dengan logika, indah dan jelek bisa kita temukan dengan estetika, sedangkan baik dan buruk selalu ada pada etika. Budaya, hukum, sosial, adalah ragam norma yang berlaku di dalam masyarakat. Tapi semua itu bermuara pada norma agama, terutama islam yang memang mencakup segala aspek kehidupan manusia.
Kondisi masyarakat kita kini memang telah sedemikian jauh dari norma-norma yang berlaku terutama norma agama. Telah banyak yang tidak lagi memperhatikan yang baik dan yang buruk dalam kehidupannya. Yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan yang diinginkannya. Hal ini jelas berbahaya. Seperti sekawanan semut yang membuat rumah bersama-sama., setiap individu semut berusaha mengikuti aturan yang berlaku agar rumahnya bisa diselesaikan. Manakala ada sebagian semut yang keluar dari aturan, maka yang terjadi bukan hanya teidak selesainya rumah yang sedang dibuat, tetapi juga mengganggu stabilitas dan soliditas kelompok mereka.
Kebahagiaan sebuah masyarakat merupakan akumulasi kebahagiaan setiap individu anggota masyarakat. Begitupula dengan kesedihannya. Begitulah seharusnya.
Semoga kita mampu menikmati setiap episode kehidupan ini dengan senantiasa berpegang teguh pada prinsip kebaikan.
Kebahagiaanku saat meraka bahagia
Kesedihanku saat mereka bersedih
Harapku karena mereka
Bisaku karena mereka
Mereka dan aku adalah satu
Aku adalah mereka
Kami
Selalu begitu
Kebahagiaan bagai berlian di dalam laci lemari yang terkunci pada lemari yang terkunci di dalam kamar yang terkunci di sebuah rumah yang terkunci dengan pagar tinggi yang terkunci. Dalam perjalanan hidup manusia, tentu yang diharapkan adalah kebahagiaan terus-menerus alias bahagia selalu, mungkinkah? Hal ini mungkin apabila ukuran kebahagiaan kita bersifat internal, artinya dia tumbuh dan subur di dalam hati sanubari, sehingga setiap waktu kita akan merasa bahagia. Tetapi menjadi tidak mungkin manakala ukuran kebahagiaan berasal dari luar diri atau bersifat eksternal.
Sejujurnya, hidup ini menjadi tidak menarik manakala berlangsung datar, bahagia terus atau sedih terus. Hidap ini bagaikan alunan musik yang memiliki dinamika sehingga menarik dan enak didengar. Kadang dengan nada tinggi dan sesekali turun ke nada yang rendah, sehingga penyanyinya pun tidak kesulitan untuk melantunkannya dan yang pasti musik itu akan enak didengar. Mariah Carey, penyanyi yang dikenal sangat ahli menaikkan dan menurunkan suaranya, ia pun menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Karena hakikat dari kehidupan ini adalah ujian, maka kebahagiaan dan kesedihan menjadi keniscayaan. Adanya malam karena adanya siang, adanya kebaikan
karena adanya kejahatan, begitu pula adanya kebahagiaan tentu karena adanya kesedihan. Inilah keadilan Tuhan, semuanya diciptakan seimbang dan berpasangan. Laki-laki tiada artinya tanpa kehadiran wanita, begitu pula wanita yang akan tidak berdaya tanpa kehadiran laki-laki.
Setiap manusia harus siap menghadapi kenyataan yang akan terjadi. Saat kita bahagia kita harus menyiapkan diri untuk menyongsong kesedihan yang pasti akan menjelang. Saat kita sedih, sabarlah karena kebahagiaan akan segera menyapa. Kita harus mampu menghadapi kebahagiaan dan kesedihan dengan sikap yang terbaik. Hidup ini adalah pilihan yang menuntut kita untuk mampu memilih yang terbaik. Semakin kita mampu memilih hal yang terbaik dalam kehidupan saat ini, kelak kita akan mendapatkan yang terbaik di kehidupan yang akan datang. Tapi bila yang kita pilih justru hal yang buruk, bersiaplah untuk mendaptkan yang serupa nanti.
Saat kita dilahirkan, kita menangis sejadinya, sungguh tragis,. Pertanyaannya mengapa setiap bayi yang dilahirkan pasti menangis? Apakah mereka telah diajari bahwa manakala mereka dilahirkan maka mereka harus menangis ? tentu tidak, kalau pun iya siapa yang mengajarinya? Lalu apa maksudnya? Setiap bayi menagis saat dilahirkan karena mereka sedih akan segera menghadapi ujian yanga berat, yakni hidup di dunia. Padahal kalau mereka bisa memilih, lebih baik mereka tetap di dalam rahim sang ibu. Ya , inilah awal kesediahn yang pasti dirasakan oleh manusia, walau otak mereka belum berfikir sempurna.
Laki-laki dan wanita mulai merasakan ujian kehidupannya manakala mereka beranjak baligh, ya, sejak saat itulah kita dipikulkan beban untuk melakukan hal yang terbaik dan menjauhi hal-hal yang buruk. Mau ataupun tidak inilah kehidupan. Semakin banyak hal yang baik yang kita lakukan maka semakin kita sukses menjalani kehidupan ini, tapi jika sebaliknya, maka gagallah kita.
Norma yang membimbing kita untuk melakukan segala hal yang baik dan menjauh dari segala hal yang buruk. Norma ada yang berasal dari diri manusia sendiri, ada yang berasal dari luar, “something is out there”. Manakala kita berhasil memahami semua norma yang berlaku, maka semakin kita mahir melakukan hal yang baik. Benar dan salah bisa kita temukan dengan logika, indah dan jelek bisa kita temukan dengan estetika, sedangkan baik dan buruk selalu ada pada etika. Budaya, hukum, sosial, adalah ragam norma yang berlaku di dalam masyarakat. Tapi semua itu bermuara pada norma agama, terutama islam yang memang mencakup segala aspek kehidupan manusia.
Kondisi masyarakat kita kini memang telah sedemikian jauh dari norma-norma yang berlaku terutama norma agama. Telah banyak yang tidak lagi memperhatikan yang baik dan yang buruk dalam kehidupannya. Yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan yang diinginkannya. Hal ini jelas berbahaya. Seperti sekawanan semut yang membuat rumah bersama-sama., setiap individu semut berusaha mengikuti aturan yang berlaku agar rumahnya bisa diselesaikan. Manakala ada sebagian semut yang keluar dari aturan, maka yang terjadi bukan hanya teidak selesainya rumah yang sedang dibuat, tetapi juga mengganggu stabilitas dan soliditas kelompok mereka.
Kebahagiaan sebuah masyarakat merupakan akumulasi kebahagiaan setiap individu anggota masyarakat. Begitupula dengan kesedihannya. Begitulah seharusnya.
Semoga kita mampu menikmati setiap episode kehidupan ini dengan senantiasa berpegang teguh pada prinsip kebaikan.
Kebahagiaanku saat meraka bahagia
Kesedihanku saat mereka bersedih
Harapku karena mereka
Bisaku karena mereka
Mereka dan aku adalah satu
Aku adalah mereka
Kami
Selalu begitu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar