Sabtu, 30 Mei 2009

Siapa Mahasiswa


Usia bertambah, kedewasaan lazimnya juga bertambah. Itulah mahasiswa, di tingkat pendidikan tertinggi, di usia yang semakin matang, tentu sangat menuntut mereka untuk mengembangkan pemikiran, memperkokoh jiwa, dan menguatkan tubuh. Dengan memaksimalkan waktu yang ada untuk melakukan semua hal itu, maka seluruh mahasiswa adalah SDM yang siap guna, mereka kompeten, dewasa, tahan uji, dan yang pasti berjiwa pejuang (high of fighting spirit).
Kenyataan ternyata berkata lain, di banyak universitas, khususnya UIN Sunan Gunung Djati Bandung, masih terdapat banyak mahasiswa yang kekanak-kanakan. Diakui atau tidak, itulah yang terjadi. Apa indikasinya? Mudah saja, diawali dengan motivasi belajar mereka yang sangat lemah, malas kuliah, malas mengerjakan tugas, malas baca buku, malas diskusi adalah hal-hal yang diidap oleh banyak mahasiswa. Di saat banyak orang yang dengan keterbatasannya tidak mampu kuliah alias jadi mahasiswa padahal keinginan mereka begitu besar, di saat yang bersamaan mereka yang sudah jadi mahasiswa malah asal-asalan.
Berikutnya, mereka lebih bangga akan status mereka sebagai mahasiswa, tetapi tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Betapa tidak, wacana yang terdapat dalam otak mereka tidak lagi menjadi mahasiswa yang rajin belajar dan berprestasi yang kemudian bisa membuat bangga orang tuanya, seperti halnya yang diungkapkan oleh seorang pakar1 berkaitan dengan motivasi, yaitu N-Ach (Need for Achievement) kebutuhan akan prestasi, yang harus menjadi motivasi manusia dalam melakukan apapun Kini, mereka lebih berlaku hedonis, karena yang terfikir adalah bagaimana caranya saya bisa meraih kesenangan meskipun hanya untuk sesaat.
Itulah dampak dari rencana besar musuh peradaban2, yang kian hari kian tampak keberhasilannya dalam merusak mindset generasi muda bangsa kita. Di semua lini kehidupan generasi muda berhasil mereka masuki, mulai dari fashion, film, fun, freethinker, food, dan lain sebagainya. Kalau kita sebagai orang tua tidak segera sadar akan bahaya yang mengancam, maka tunggulah akibat puncaknya. Bila kita generasi muda enggan untuk sadar dan merenungi semuanya, maka rasakanlah masa depanmu yang suram.

PEMBAHASAN

Tujuan setiap pendidikan adalah menjadikan manusia seutuhnya atau memanusiakan manusia. Dan setiap komponen dari pendidikan itu harus senantiasa beriringan (sinergy), mulai dari sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai, tenaga pengajar (yang bukan hanya sebagai pentransfer ilmu) yang profesional dan bertanggung jawab juga berdedikasi tinggi, serta peserta didik yang rajin (high of fighting spirit), taat aturan, dan konsekuen serta berkomitmen. Kita rasakan bersama bahwa sarana dan prasarana yang ada di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini masih jauh dari memadai, meski kami akui barangkali inisesuai dengan dana pendidikan yang ada. Belum lagi tentang kualitas tenaga pengajar (dosen) yang sejatinya mereka itu sangat kompeten, namun responsibility dan dedikasi mereka yang masih sangat butuh perbaikan. Terakhir kondisi peserta didik yang sudah diungkapkan di awal.
Hal berikutnya yang juga sangat penting adalah kegiatan penunjang pendidikan terutama di universitas, yakni kegiatan extrakulikuler. Organisasi merupakan wadah yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan bersama. ilmu-ilmu yang bisa kita dapatkan dalam berorganisasi di antaranya adalah ilmu kepemimpinan, berbicara di depan umum (public speaking), manajemen, dan ilmu – ilmu lain yang melatih kita untuk dapat berkembang dan terbiasa memecahkan suatu permasalahan (problem solving). Intinya pada saat kita memasuki sebuah organisasi sekolah ataupun kampus, hal itu harus menunjang pada tujuan inti kita, yakni menjadi manusia seutuhnya.
Yang harus diperhatikan oleh mahasiswa yang aktif di organisasi-organisasi kampus adalah sebagai berikut :
1.Membenahi niat awal memasuki suatu organisasi kemahasiswaan, bila kita salah niat maka segalanya tidak akan berfaedah.3 Seorang pemuda yang ingin menolong seseorang dan ia berhasil menata niatnya, ternyata ia mendapatkan balasan yang sangat menakjukkan dari bantunnya itu, sedangkan pemuda yang lain melakukannya dengan niat yang keliru, manakala ia tidak mendapatkan balasan seperti yang diperoleh pemuda yang pertama, maka kekecewaan yang pasti dirasakannya.
2.Masuki organisasi yang sangat menekankan pada pengembangan anggotanya, sehingga kualitas diri kita meningkat dan pada saatnya nanti setiap anggota mampu untuk mengembangkan masyarakat. Menjadi Agent of Change yang handal.4
3.Masuki organisasi yang jelas visi dan misinya serta keterkitan (relevansi) antara kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan visi dan misinya. Semakin banyak hal yang dilakukan, sejatinya semakin mendekatkan kita pada goal yang kita inginkan. Tetapi manakala telah banyak hal yang kita lakukan, akan tetapi tujuan tidak kunjung dekat, boleh jadi relevansi usaha atau kegiatan kita dengan goal yang hendak dicapai masih perlu diperbaiki.5
4. Berusahalah untuk fokus6 dan serius dalam melakukan semuanya, dengan semua itu semua pasti bisa dibereskan.
5.Terakhir, ingat kewajiban utama kita tetaplah melaksanakan kontrak kuliah dan terus belajar, organisasi hanya sebagai penunjang yang jangan sampai mengalahkan prioritas.
Dengan melakukan hal-hal tadi, maka kegiatan extrakulikuler yang dilakukan oleh mahasiswa akan menemukan makna dan manfaat yang sesungguhnya. Sehingga istilah mahasiswa akademis dan aktifis tidak lagi terpisahkan, melainkan menjadi seperti dua sisi mata uang yang sampai kapan pun takkan terpisahkan.
Kondisi penduduk Makkah dan Madinah sebelum datangnya islam sungguh gelap, terjadi perampokan di mana-mana, perjudian, perzinaan, pembunuhan, kecurangan dalam perdagangan. Namun setelah islam datang, secara perlahan tapi pasti keadaan tersebut berbalik seratus delapan puluh derajat, bahkan kemudian seluruh penduduk di jazirah Arab menjadi model masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi. Terciptanya khairul bariyyah dan khairul ummah adalah tujuan dilakukannya dakwah islam yang utama. Karena pembinaan individu harus bersamaan dengan pembinaan masyarakat, sehingga keduanya saling menunjang. Pribadi-pribadi yang shaleh menunjang terciptanya masyarakat madani dan masyarakat madani pun mewarnai pribadi-pribadi yang dimilikinya. Itulah barangkali harapan yang tidaklah mustahil untuk terjadi, dengan usaha yang terus-menerus secara bersama-sama.
Kondisi sekarang, banyak orang yang melakukan kejahatan atau keburukan dengan terang-terangan tanpa rasa malu lagi.7 Maka untuk melakukan kebaikan kita harus lebih berani dan lebih terang-terangan, jangan ada rasa malu sedikit pun. Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan kian miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita.
Mari kita bentuk sebuah lingkungan yang baik, karena lingkungan bisa membentuk karakter seseorang. Kita bisa merubah seseorang hanya dalam waktu kurang dari satu jam dengan konsep lingkungan. Coba renungkan ilustrasi berikut :
Si Kabayan hendak pergi ke Singapura, ia pergi ke sana menggunakan kapal air. Di pelabuhan, setelah membeli tiket, dia berdiri menunggu kapal yang akan segera datang. Sambil ia berdiri, ia pun membakar sebatang tongkat lemas berwarna putih dan dia masukkan berkali-kali ke dalam mulutnya, terkadang mulutnya pun mengeluarkan asap putih tanpa memperhatikan sekitarnya. Ia terlihat begitu menikmati aktifitasnya itu. Kemudian kapal pun tiba, dengan bergegas ia membuang sisa tongkat lemas berwarna putih yang ia bakar tadi dan berlari menuju pintu kapal. Para calon penumpang pun berdesakan, mereka ingin menaiki kapal dengan segera sehingga terkadang tidak menghiraukan orang lain, bahkan dompetnya. Para pencopet pun melakukan aksinya. Si Kabayan pun telah naik ke atas kapal dan segera mencari tempat duduk. Sesampainya di Singapura, ia pun bersiap-siap untuk turun. Kemudian ia pun berbaris mengantri untuk turun dari kapal, begitu tertib, tidak ada yang saling mendahului. Setelah turun dari kapal, Si Kabayan ingin kembali membakar sebatang tongkat lemas berwarna putih dan masukkannya berkali-kali ke dalam mulutnya, tapi sebelum itu ia menengok ke sana kemari, ia takut di sana ada larangan untuk melakukan hal itu. Ternyata tidak ada, ia pun melakukannya. Tapi setelah ia puas dan hendak akan membuang sisa tongkat lemas berwarna putih yang ia bakar, ia kembali mengok ke sana kemari, ia takut ada larangan, ternyata ada, ia pun mencari tempat sampah dan membuangnya di sana. Dahsyat, lingkungan bisa merubah siapapun dengan segera.
Dari prespektif Sosiologi, tujuan dakwah yaitu membawa masyarakat pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju daripada keadaan sebelumnya.8 Menurut para ahli sosiologi, teori tentang kemajuan selalu menyangkut dua lokus perkembangan. Pertama, perkembangan dalam struktur atas atau kesadaran manusia tentang diri sendiri dan alam sekelilingnya. Kedua, perkembangan struktur bawah atau kondisi sosial dan material dalam kehidupan manusia. Pemikir pertama pada zaman modern yang berbicara mengenai kesadaran atau cara berpikir manusia adalah August Comte.9 Dengan adanya dakwah yang dilakukan dengan terencana dan rapih serta dilakukan terus-menerus, maka mad’u (umat) akan masuk ke dalam suatu keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelum mereka menerima dakwah. Lingkungan yang baik ini harus kita bangun di kampus kita yang tercinta, sehingga setiap orang masuk ke dalamnya terbawa dengan sendirinya. Menjadi manusia seutuhnya semoga berhasil kita raih.

PENUTUP
Kita harus menjadi mahasiswa yang terbaik yang pernah ada di muka bumi. So do your best. Sangat banyak kekurangan di sana-sini, sehingga saran membangun sangat saya harapkan untuk melakukan hal yang lebuh baik kelak di masa yang akan datang. Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini. Semoga senantiasa bernilai ibadah di hadapan Allah, dan semoga kita senantiasa ada dalam lindungan-Nya. Amin.

KUMPULAN DALIL

1.QS. Al-Baqoroh (2): 120

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

2.Hadits Arba’in ke-1:
الإخلا ص
عـن أميرالمؤمنين أبي حفص عمرابن الخطاب رضي الله عـنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:إنماالأعمال بالنيات. وإنمالكل امرئ مانوى.فمنكانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله. ومن كانت هجرته لدنيايصيبهاأومرأة ينكحها فهجرته إلى ماهاجر إليه. رواه البخري ومسلم.

Hadits dari Amiril Mu’minin Abi Hafsh Umar bin Khattab r.a. berkata : Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat, Dan sesungguhnya setiap urusan menurut apa yang diniatkannya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya bagi dunia dan wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya bagi tujuannya itu. HR. Bukhari dan Muslim.

3.Q.S. Ali Imron (3) : 110

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

4.Hadits Arba’in ke-20:
الحيء
عن أبي مسعد بن عمروالأنصرى البدرى رضي الله عـنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن مما أدرك الناس من كلام النبوة الأولى.إذالم تستح فاصنع ما شئت. رواه البخري ومسلم

Hadits dari Abu Mas’ud bin ‘Amr Al Anshary Al Badry ra, berkata : Rasulullah saw, bersabda : Sesungguhnya dari sesuatu yang diketahui manusia dari perkataan kenabian yang pertama. Apabila kamu tidak memiliki rasa malu, maka lakukanlah sesukamu. HR. Bukhari dan Muslim

5.Hadits Arba’in ke- 12 :
تركه مالايعنيه
عن أبي هريرة رضي الله تعالى عـنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من حسن إسلام المرء تركه مالايعنيه. حديث حسن رواه الترميذي وغيره هكذا.

Hadits dari Abu Hurairah ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda: Dari kebaikan seorang muslim dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Hadits hasan Riwayat Tirmidzi dan yang lainnya demikian.

6.QS. Al-Baqoroh (2) : 45

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu10,

7.QS. Ibrahim (14) : 1

“ Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”

DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an dan terjemahannya
Artikel “Problematika Dakwah Masa Kini”, karya RB. Khatib Pahlawan Kayo.2005
As-Siba’i, Mustafa. Peradaban Islam Dulu, Kini, dan Esok. Gema Insani Press. Jakarta. 1993.
Al-Qarni, A’id Abdullah. Alqur’an Berjalan, Potret Keagungan Manusia Agung. Sahara Publishers Jakarta. 2005.
Muhyidin, Asep, Agus Ahmad Safei. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung. Pustaka Setia. 2002.
Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh. Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi

STRATEGI DAKWAH ANTAR BUDAYA

oleh Fajar Burnama


Sungguh menarik mengamati perkembangan kehidupan beragama di Indonesia. Seperti tergambar dalam antusiasme menghadiri acara-acara keagamaan, semakin hari, bangsa Indonesia semakin terlihat religius. Dzikir akbar dan pengajian yang bertema spiritual menjadi salah satu pilihan kegiatan dakwah yang sangat digemari. Tidak mengherankan jika program televisi juga semakin banyak mengalokasikan waktu untuk tayangan sejenis ini.
Setali tiga uang, jumlah kriminalitas pun meningkat. Keruntuhan moral anak bangsa semakin menganga. Porak porandanya akidah semakin ketara. Luluh lantahnya ukhuwah kian menggurita. Apakah kegiatan dakwah yang marak ini telah kering dari spiritualitas? Apakah para da’i tidak memahami kultur mad’unya ? Apakah kita tidak bisa merubah segalanya ?

Proses Terbentuknya Budaya Islam
Umar bin Khaththab semoga Allah meridhainya mengatakan: "Kita adalah umat yang telah Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berikan kemuliaan dengan Islam, maka bagaimanapun cara kita mencari kemuliaan tanpa Islam maka Allah akan tetap menjadikannya sebagai kehinaan."
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa membagi manusia menjadi dua bagian, Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman, yang artinya :
"Maka apakah patut kami menjadikan orang-orang islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir) ? Mengapa kamu (berbuat demikian) bagaimanakah kamu mengambil keputusan" (QS Al Qalam: 35-36)
Pilihannya hanya satu dari dua, muslim atau mujrim (orang yang berbuat dosa), orang yang baik atau jelek, sesat atau dapat petunjuk, shaleh atau merusak, taat atau ma'siat. Tidak ada pilihan ketiga.
"Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat ?" (QS Shaad ayat 28)
Kondisi penduduk Makkah dan Madinah sebelum datangnya islam sungguh gelap, terjadi perampokan di mana-mana, perjudian, perzinaan, pembunuhan, kecurangan dalam perdagangan, hingga penguburan hidup-hidup bayi perempuan.. Namun setelah islam datang, secara perlahan tapi pasti keadaan tersebut berbalik seratus delapan puluh derajat, bahkan seluruh penduduk di jazirah Arab menjadi model masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi. Setelah Muhammad saw, menerima wahyu pertama1 di Gua Hiro, kemudian beliau resmi diangkat sebagai Nabi dan Rasul Allah.
Setelah itu, turun wahyu untuk mengajak manusia terhadap islam2 yang kemudian dinamakan dengan fase dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi), beliau pertama kali mengajak istrinya yakni Siti Khadijah ra, beliau pun beriman. Kemudian kepada sahabat karibnya yakni Abu Bakar ra, kemudian kepada Ali Bin Abi Thalib ra. sepupunya, dan Zaid bin Haritsah ra, anak angkatnya, mereka pun beriman. Melalui Abu Bakar ra, masuk islamlah Utsman bin Affan ra, Thalhah bin Ubaidilah ra, Sa’ad bin Abi Waqash ra, dan Abdurrahman bin Auf ra. Rasulullah saw, mengokohkan keimanan dan kesabaran mereka dengan melakukan pembinaan (tarbiyah), agar kelak mereka siap untuk berdakwah kepada orang-orang yang tidak sabar dan cenderung menolak dakwahnya. Pembinaan tersebut dilakukan di rumah salah seorang sahabat, yakni Arqom bin Abil Arqom Al-Makhzumi ra,. Mereka dibina oleh Rasulullah saw, tentang tsaqofah islamiyah, yang meliputi tsaqofah jasmaniyah, tsaqofah ruhiah, dan tsaqofah ilmiyah.
Rasulullah saw, merupakan ancaman bagi kepentingan dan hidup mereka yang dibangun di atas kezaliman. Beliau telah menghalangi jalan bagi tersalurkannya hawa nafsu dan keserakahan mereka. Beliau saw, tidak berhasil mereka bujuk untuk mengikuti keinginan dan nafsu mereka. Para pengikut kebatilan, dulu maupun sekarang, melihat pembawa ajaran kebenaran sebagai musuh. Sebab para pengusung kebenaran itu berkata kepada mereka, “Tidak ada tempat bagi kemaksiatan, tidak ada waktu untuk mengikuti hawa nafsu, dan tidak ada ruang untuk kezaliman.”3
Setelah masuk islamnya Umar bin Khattab ra, dan Hamzah bin Abdul Muthalib ra, serta turunnya perintah untuk dakwah secara terang-terangan4, maka dimulailah fase dakwah dzahriyah (terang-terangan).
Seluruh sahabat melakukan dakwah ke seluruh penjuru Makkah. Meski perjuangan mereka sangat berat karena menghadapi penolakan yang kasar dari sebagian besar penduduk Makkah yang sangat berpegang teguh pada agama nenek moyangnya yakni menyembah berhala. Sehingga Rasulullah saw, memerintahkan mereka untuk hijrah ke Habasyah. Beliau juga berusaha untuk berdakwah ke Thaif, namun mereka pun menolak dakwah beliau. Tetapi karena pembinaan (tarbiyah) yang dilakukan oleh Rasulullah saw, para sahabat tetap sabar dan tawakal serta tetap dalam keimanannya yang agung, serta cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Istri beliau Siti Khadijah adalah orang yang senantiasa menguatkan hati Rasulullah saw, di masa-masa beratnya dakwah islam. Beliau senantiasa menghibur saat sedih, selalu memotivasi saat hatinya gundah dan gelisah. Siti Khadijah ra, menjadi salah-satu faktor keberhasilan dakwah nabi saw. Orang-orang kafir Quraisy, para kerabat, dan paman-paman Rasulullah saw, bersekongkol untuk membunuh beliau.5 Dan atas perintah Allah beliau pun hijrah ke Yatsrib atau Madinah untuk mendapatkan kondisi yang lebih kondusif dalam rangka mengembangkan dakwah islam.
Setelah tiba pertolongan dari Allah melalui hijrah kaum muslimin ke Yatsrib atau Madinah, maka dakwah islam semakin berkembang. Kaum Anshor yang dimotori oleh kaum Aus dan Khajraj melakukan bai’at kepada Rasulullah saw, yang dinamakan Bai’atul ‘Aqobah 1 dan 2.6 Dakwah nabi saw beserta para sahabat berlangsung lebih mudah, karena kaum anshor sangat mudah menerima cahaya kebenaran yang dibawa islam. Dengan mengajarkan islam melalui Al-Qur’an dan sunnah Nabi saw, serta dibentuknya pondasi negara islam pertama di dunia (daulah islamiyah) terbentuklah tatanan masyarakat yang menjadi model masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi.
Ajaran islam telah terinternalisasi ke dalam pribadi-pribadi muslim. Semua aspek kehdupan, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara telah diatur oleh Syairiah islam. Ekonomi, politik, sosial, budaya, seni, dan aspek lainnya islamlah panduannya. Dimulai dari saat itu maka terbentuklah budaya islam di muka bumi. Untuk konteks ke-Indonesiaan, budaya islam masih terasa parsial, satu sisi islam telah menjadi rujukan utama, namun di beberapa tempat islam masih di anak tirikan.

Straregi Kebudayaan Dakwah Islam
Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah gerakan yang penuh berkah (ash-shahwah al-mubarakah); gerakan yang penuh moderat (shahwah mu’tadilah), terpadu, terkendali, berkesinambunag dan jauh dari unsur ekstrimisme (at-tatharruf).7 Setiap melaksanakan dakwah, setiap da’i harus selalu mengikuti prinsip gerakan dakwah Rasulullah saw, tersebut, karena telah terbukti keberhasilannya dan merupakan bentuk kecintaan kita sebagai pewaris para Nabi kepada beliau saw,.
Membicarakan media dakwah tidak lepas dari metode yang dilakukan dalam melakukan dakwah. Pengembangan metode dakwah sangat berkaitan media yang harus menyertainya. Seorang da’i harus mampu memilih media dan metode dakwah yang relevan dengan kondisi mad’u yang telah dipelajari secara komprehensif dan berkesinambungan. Kegiatan dakwah yang dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi mad’u akan lebih memberikan dampak, karena kemudian dakwah dilakukan dengan media dan metode yang sesuai.
Seorang da’i hendaklah memilih metode dan media yang dari masa ke masa terus berkembang, seperti mimbar, panggung, media cetak, atau elektronik (radio, internet, televisi, komputer). Kemudian dengan mengembangkan media atau metode kultural dan struktural, yakni pranata sosial, seni, karya budaya, dan wisata alam. Juga dengan mengembangkan dan mengakomodasikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama, musik, lukisan, dan sebagainya.
Dengan penjelasan di atas, maka media dakwah terdiri dari :
Media Fisik :
Mimbar
Panggung
Media cetak (Majalah, Buletin, Surat Kabar, dll)
Media elektonik (Radio, Televisi, Internet, dll)

Media Kultural dan Struktural :
Pranata sosial
Seni (Wayang, Drama, Musik, Lukisan, cerita/dongeng, dll)
Karya budaya
Wisata alam
Pesan serta metode dakwah harus disesuaikan dengan mad’u agar dakwah kita berhasil. Berikut ragam pesan dakwah yang berisi metode yang dapat disesuaikan dengan mad’u :
a.Nasihat yang baik
Berisi pengajaran
Berisi pembinaan moral
b.Memberi Motivasi dan Ancaman
Memberi motivasi dan kabar gembira
Dengan janji, berisi janji-janji Allah bagi manusia yang taat, baik untuk di dunia maupun di akhirat
Dengan menyertakan macam-macam bentuk ketaatan
Memberi ancaman dan peringatan
Diberi azab, bagi orang yang inkar dan kufur terhadap Allah dan rasul-Nya. Baik yang akan ditimpakan juga yang telah menimpa orang terdahulu
Diberi azab di akhirat kelak
Siksa mental di hari kiamat
Hukuman atas dosa yang bermacam-macam
c.Memberi contoh-contoh bijak
Kisah-kisah orang taat masa lalu dan kini
Perumpamaan-perumpamaan yang berhikmah
Melihat sifat orang-orang terpuji

Kebudayaan merupakan salah satu ciri kebearadaan manusia di muka bumi. Dakwah mau tidak mau harus melibatkan hal yang satu ini dalam usahanya. Kita tidak akan mampu mengeneralisir kebudayaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Kebudayaan manusia, awalnya muncul karena adanya manusia, namu dalam perkembangannya, manusia lebih dipengaruhi oleh kebudayaan yang ada.
Menarik, mendalam, dan menerus adalah syarat penerapan dakwah dalam ranah kebudayaan, kalau kita memahami kebudayaan sebagai hasil cipta karya, dan rasa manusia. Influentif, sabar, tegas, persuasif, dan proporsiaonal adalah hal selanjutnya yang harus menjadi ukuran kegiatan dakwah, kalau kita memahami kebudayaan sebagai norma, pola hidup, dan nilai di dalam suatu masyarakat.
Membuat karya budaya sarat dakwah seperti wayang dakwah, cerita, dongeng, drama yang berisi pesan dakwah persuasif dan inklusif, design pakaian islam yang modern dan syar’i bisa kita lakukan sebagai langkah dakwah alternatif. Keteladanan, karya nyata, penyuluhan, bhakti sosial juga bisa dilakukan untuk menginternalisasikan cahaya islam kepada masyarakat.

Masa Depan Dakwah Antar Budaya
Islam di Indonesia yang telah berusia tua telah membentuk sebagian besar budaya lokal. Umat semakin senang dengan hal-hal yang berbau islam. Sungguh pun antusiasme tersebut tidak serta merta mencerminkan kualitas keberagamaan seseorang, namun paling tidak hal itu menunjukkan adanya optimisme masyarakat bahwa islam dapat menyelesaikan problem hidup. Tangisan dalam acara dzikir akbar misalnya, menggambarkan beban hidup yang selama ini belum mampu diatasi. Kekhidmatan dalam mendengarkan alunan bacaan kitab suci al-Qur’an dan petuah para agamawan juga menyiratkan harapan adanya solusi dan bekal dalam menghadapi beratnya beban hidup tersebut. Karena memang naluri beragama yang sangat kuat melekat dalam diri setiap insan.
Pada dasarnya optimisme masyarakat terhadap kemampuan agama dalam menyelesaikan problem hidup bukanlah sesuatu yang benar-benar baru. Sejak lama, kehidupan umat manusia tidak bisa dilepaskan dari peran agama. Agama seakan-akan hadir bersamaan dengan munculnya misteri dan problem hidup. Dalam masyarakat agraris di masa lalu, faktor misteri kekuatan alam menjadi penyebab utama mengapa manusia beragama. Ketergantungan masyarakat terhadap alam berbanding lurus dengan peran agama dalam masyarakat. Semakin mereka mengalami kecemasan dan kebingungan berkenaan dengan sumber nafkah mereka, maka kebutuhan mereka terhadap agama semakin kuat. Mereka sangat mempercayai adanya kekuatan di luar alam (Tuhan) yang mengatur kesuburan alam.
Sedangkan dalam masyarakat industri, misteri dan problem hidup berkaitan dengan eksistensi manusia menjadi motif utama dalam beragama. Masyarakat industri ditandai dengan adanya rasionalisasi pekerjaan, dimana pekerjaan dispesifikasi dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan keahlian seseorang. Sehingga semakin trampil dan ahli seseorang, akan semakin mendapatkan jabatan yang tinggi. Konsekuensinya, masyarakat akan terbangun dalam suasana hirarkis. Problem eksistensial akan banyak menimpa pekerja di tingkat pelaksana atau operasional. Mereka mengalami keterasingan karena terjebak dengan rutinitas yang mekanik. Seperti mesin yang bekerja sesuai dengan setting yang sudah diterapkan. Itulah sebabnya mengapa antusiasme terhadap kegiatan-kegiatan agama menguat dalam masyarakat kota.
Terlepas dari perbedaan motif beragama dalam setiap masyarakat, kebutuhan terhadap agama menggambarkan adanya peran agama yang sangat kuat dalam kehidupan manusia. Antusiasme masyarakat terhadap agama memberikan “ruang” bagi agama untuk mengintervensi dan mengontrol arah kehidupan manusia. Sesuatu bernilai baik atau pun buruk tergantung pada pandangan agama, sehingga agama menjadi penentu dan pengontrol kualitas kehidupan.
Peran agama itu tentu memberikan harapan bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang lebih baik. Kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan keharmonisan menjadi salah satu kondisi yang sangat diharapkan oleh umat manusia. Mengenai hal ini, kontribusi agama dalam membangun perdamaian dan keharmonisan agak variatif. Di samping berkontribusi dalam menciptakan perdamaian, agama juga kerap terlibat dalam konflik dan peperangan.
Sebenarnya benturan antar pemeluk agama itu lebih disebabkan pada sakralisasi identitas agama. Sakralisasi itu mengakibatkan klaim kebenaran pada kelompok agamanya sendiri, dan kesesatan pada kelompok agama lain. Namun demikian, benturan itu tidak sepenuhnya disumbangkan oleh agama. Dalam banyak kasus perang antaragama, motif politik dan persaingan ekonomi lebih dominan. Keterlibatan agama lebih pada pemanfaatan “identitas transenden” yang mudah untuk dibangkitkan dan diletupkan. Dengan kata lain, agama digunakan sebagai alat mobilisasi pertikaian. Padahal dalam relung hati yang paling dalam, manusia membutuhkan agama justru untuk perdamaian dan keharmonisan hidup. Maka semakin jauh keterlibatan agama dengan kontestasi politik dan ekonomi, akan semakin besar kontribusinya dalam membangun perdamain.
Lebih jauh lagi, "kesatuan umat Islam" masih dapat merangkum dan mentolerir beberapa bentuk pergulatan politik sampai pada bentrokan bersenjata, karena orang-orang yang bertikai itu masih tetap menjaga loyalitas mereka kepada "negara yang satu". Mereka tetap menjaga kesatuan politik dan tetap loyal kepada "agama yang satu", sehingga mereka masih tetap menjaga faktor kesatuan agama. Peperangan mereka adalah semata karena "takwil (perbedaan memahami teks agama), bukan karena "tanzil" (teks agama yang berbeda yang diimani), dan mereka, meskipun melakukan peperangan, berada dalam loyalitas kepada kesatuan negara dan kesatuan agama.
Dalam kejadian Perang Shiffin (37H/657M), Imam Ali bin Abi Thalib berbicara tentang kesatuan agama yang menyatukan seluruh pihak yang bertikai dalam peperangan itu. Demikian juga kesatuan negara masih menaungi mereka. Ali bin Abi Thalib berkata:
"Kita berdiri berhadap-hadapan (dalam perang), sedangkan Tuhan kita satu, Nabi kita satu, dakwah kita dalam Islam satu, kami tidak menganggap keimanan kami kepada Allah SWT dan pembenaran kepada Rasulullah Saw lebih dari kalian, dan kalian pun tidak mengganggap diri kalian lebih dari kami. Semuanya satu, kecuali satu hal yang menjadi perselisihan di antara kita, yaitu tentang sikap atas darah Utsman. Sedangkan, kita semua dalam masalah itu tidak mempunyai kesalahan."
Agama mereka satu dan menaungi semuanya. Mereka berada dalam kesatuan yang melingkupi semuanya, sementara perselisihan dan pertikaian itu hanya pada masalah sikap atas "darah" Utsman r.a. saja.
Jalan membentang di hadapan para pelaku dakwah. Perdalam ilmu, perbanyak amal, perkuat jiwa, pererat ukhuwah, pertahankan jamaah, terus lakukan dakwah sekecil apapun itu. Masa depan gemilang dakwah akan kita jelang bersama. Allah berfirman :

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur [24]:55)

KESIMPULAN
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa misi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelahkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktid dalam penggunaanya.
Mad’u utama bagi setiap da’i adalah keluarga dan kerabatnya yang terdekat, karena dengan demikian ia telah membuat model mad’u yang dapat ditiru oleh mad’u yang lebih luas. Kemudian seorang da’i harus mengkaji dan mempertimbangkan metode pendekatan spiritual dengan mad’u, antara lain melalui shalat, dzikir, doa, silaturahim, dan sebagainya. Sehingga ada ikatan batin yang kuat dan pesan dakwah pun akan mudah diterima, serta tujuan dakwah dapat tercapai dengan paripurna.

DAFTAR PUSTAKA

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, Alqur’an dan Terjemahnya Al-‘Aliyy. CV. Penerbit Dipenogoro. Bandung. 2005.

Muhyidin, Asep, Agus Ahmad Safei. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung. Pustaka Setia. 2002.

al-Qarni, A’id Abdullah. Alqur’an Berjalan, Potret Keagungan Manusia Agung. Sahara Publishers Jakarta. 2005.

Film Sejarah Daulah Khilafah Islamiyah (570-1924) Seri 1 Membangun Peradaban Islam, El-Moesa Production. Yogyakarta. 2006

Artikel “Problematika Dakwah Masa Kini”, karya RB. Khatib Pahlawan Kayo.2005

Filosof Islam Spanyol

oleh Fajar Burnama


A. IBNU BAJJAH
Napak Tilas
Avempace, begitulah ia disebut di Barat, seorang ilmuwan muslim terkemuka di era kejayaan Islam Spanyol. Sejatinya ia bernama Abu Bakr Muhammad Ibnu Yahya al-Saigh, namun ia lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah yang berarti “anak emas”. Beliau dilahirkan pada tahun 1082 M di Saragosa, Spanyol. Ibnu Bajjah merupakan seorang ilmuwan multitalenta, ia dikenal sebagai seorang astronom, musisi, dokter, fisikawan, psikolog, pujangga, filosof, dan ahli logika serta matematikus. Ibnu Bajjah mengembangkan beragam ilmu pengetahuan di zaman kekuasaan Dinasti Murabbitun.
Ibnu Bajjah dikenal sebagai penyair yang hebat. Pamornya sebagai seorang sastrawan dan ahli bahasa begitu gemilang. Salah satu bukti kehebatannya dalam bidang sastra dibuktikannya dengan meraih kemenangan dalam kompetisi puisi bergengsi di zamannya. Selain dikenal  sebagai seorang penyair, Ibnu Bajjah juga dikenal sebagai musisi. Ia piawai bermain musik, terutama gambus.
Ia juga piawai dalam bidang politik, kehebatannya dalam berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim, gubernur Saragosa. Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakar Ibrahim berkuasa di Saragosa. Ia adalah ilmuwan yang taat beragama, dan telah menghafal al-Qur’an.
Pemikirannya
Kehebatannya dalam filsafat boleh diletakkan setara dengan al- Farabi dan Aristoteles. Pemikirannya begitu mempengaruhi Ibnu Rushd dan Albertus Magnus. Ibnu Bajjah telah mengemukakan filasafat ketuhanan yang menetapkan bahawa manusia boleh berhubung dengan akal fa‘al melalui perantaraan ilmu pengetahuan dan pengembangan potensi manusia. Menurut Ibnu Bajjah, manusia mampu mendekati Tuhan melalui amalan berfikir bukan melalui amalan tasawuf yang dikemukakan oleh Iman al-Gazali.
Dengan ilmu pengetahuan dan kegiatan berfikir seseorang akan mampu memimpin dan menguasai jiwanya, sehingga terhindar dari sifat hewani yang terkurung dalam diri manusia. Seseorang harus berjuang melakukannya dengan berhubungan dengan alam dan masyarakat. Jika suatu masyarakat tidak baik atau tidak bermoral, maka ia harus menyendiri.
Aliran filsafat yang wujud, berdasarkan peredaran zaman dan pandangan pendukungnya berbeda satu sama lain. Aliran filsafat Eksistensialisme umpamanya berbeda dengan pandangan yang dikemukakan oleh Ibnu Bajjah. Aliran eksistensislisme yang pada akhirnya dimonopoli oleh agama kristen dengan tokohnya Soren Kierkegard (1813-1855) yang menekankan aliran filsafat pengalaman dan penghidupan, dimana manusia menjadi fokus segala pemikiran dan menolak aliran filsafat lain. Aliran ini menekankan keutamaan, hak dan tanggungjawab individu dan menolak keutamaan serta hak masyarakat.
Pada pandangan Ibnu Bajjah, seseorang harus berusaha dengan berhubungan bersama alam dan masyarakat, namun jikalau masyarakat tidak baik, barulah ia harus meneruskan perjuangannya sendiri untuk mendapat kebahagian dunia dan akhirat. Berbanding terbalik dengan aliran filsafat yang didukung oleh agama Kristen1 yang menolak konsep berjamaah atau kemasyarakatan.
Ibnu Bajjah dengan al-Farabi hampir sependapat bahwa akal dan wahyu merupakan satu hakikat yang padu. Apabila akal dan wahyu dipisahkan, maka akan melahirkan individu, masyarakat dan sebuah negara yang pincang. Ibnu Bajjah menekakan bahwa akal dan wahyu menjadi pondasi pembentukan individu dan pembinaan sebuah negara yang sejahtera dan bahagia.
Ibnu Bajjah pun sangat menguasai logika. Menurutnya, sesuatu yang dianggap ada itu sama benar-benar ada atau tidak ada bergantung pada yang diyakini ada atau hanyalah suatu kemungkinan. Justru, apa yang diyakini itulah sebenarnya satu kebenaran dan sesuatu kemungkinan itu mungkin benar atau tidak benar.
Ibnu Bajjah berpendapat bahwa akal dapat menyebabkan manusia mengenali apa saja mengenai wujud benda atau Tuhan. Akal boleh mengenali perkara-perkara tersebut tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur kerohanian atau melalui amalan tasawuf.
Ibnu Bajjah merupakan seoarng ahli filsafat yang dikagumi di negaranya karena telah banyak berjasa kepada negara juga terhadap dunia Islam. Ibnu Bajjah belajar ilmu-ilmu lain yang dapat menbantu memahami hal-hal yang berkaitan dengan metafisik. Ilmu sains misalnya digunakan oleh Ibnu Bajjah untuk menguraikan persoalan benda dan rupa. Menurut Ibnu Bajjah, benda tidak mungkin wujud tanpa rupa tetapi rupa tanpa benda mungkin wujud. Oleh sebab itu, kita boleh menggambarkan sesuatu dalam bentuk dan rupa yang berbeda-beda.
Kemahiran Ibnu Bajjah dalam bidang matematika digunakan untuk menguatkan hujjah dan pandangannya mengenai filsafat serta persoalan metafisik. Masih banyak lagi pemikiran filsafat Ibnu Bajjah yang tidak diketahui karena sebagian besar karya tulisannya telah musnah. Bahan yang tinggal dan sampai kepada kita hanya merupakan sisa-sisa dokumen yang berserakan di beberapa perpustakaan di Eropa.
Setengah pandangan filsafatnya jelas mendahului zamannya. Beliau telah lama menggunakan ungkapan manusia sebagai makhluk sosial, sebelum para sarjana Barat menggunakannya. Begitu juga konsep masyarakat madani telah dibicarakan dalam tulisannya secara tidak langsung.
Karya besar
Ibnu Bajjah sangat produktif dan banyak menghasilkan karya. Karya-karya Ibnu Bajjah yang ditulis dalam bahasa Arab banyak mempengaruhi peradaban Barat. Betapa tidak, buah pikirannya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Yahudi dan Latin. Kini, manuskrip asli dan terjemahannya masih tersimpan di Perpustakaan Bodlein, Perpustakaan Berlin, dan Perpustakaan Escurial (Spanyol).
Buah pikirnya yang paling populer adalah Risalah al-Wida. Dalam kitab itu, Ibnu Bajjah menceritakan tentang ketuhanan, kewujudan manusia, alam, dan uraian mengenai bidang perobatan. Karya Ibnu Bajjah lainnya yang berpengaruh adalah Kitab Tadbir al-Mutawahhid. Kitab itu mengungkap pandangannya dalam bidang politik dan filsafat.
Ia lebih menekankan kehidupan individu dalam masyarakat yang disebut Mutawahhid. Risalah Tadbir al-Mutawahhid itu diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol. Karya lainnya adalah risalah al-Ittisal al-Aql Bi al-Insan. Karya yang satu ini mengupas secara detail tentang hubungan akal dengan manusia.
Ibnu Bajjah juga telah menulis sebuah buku yang berjudul, Al-Nafs, yang membicarakan persoalan jiwa. Kitab itu juga menerangkan persoalan yang berkait tentang jiwa manusia dengan Tuhan dan pencapaian manusia yang tertinggi daripada kewujudan manusia yaitu kebahagiaan. Pembicaraan itu banyak dipengaruhi oleh gagasan pemikiran filsafat Yunani, seperti Aristoteles, Galenos, Al-Farabi, dan Al-Razi.
"Perpustakan Berlin menyimpan 24 risalah manuskrip karangan Ibnu Bajjah2. Di antaranya ialah  Tardiyyah (syair-syair) Risalah  al-Akhlaq , Kitab  al-Nabat dan Risalah  al-Ghayah al-Insaniyyah ," Ibnu Bajjah merupakan ilmuwan yang hebat dan sangat dihormati sepanjang sejarah. "Kedudukan Ibnu Bajjah setara dengan Ibnu Rushd, Ibnu Sina dan Al-Farabi," kata Ibnu Khaldun.
Ibnu Bajjah telah meninggal dunia pada usia yang masih muda akibat diracuni oleh mereka yang berperasaan dengki dan khianat terhadapnya, beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1138 M. Ibnu Bajjah pemikirannya telah meletakkan tapak yang kukuh terhadap perkembangan ilmu dan filsafat di bumi Andalusia.
B.IBNU TUFAIL
Napak Tilas
Abubacer, Ibnu Tufail atau nama asalnya Abu Bakar Muhammad Bin Abdul Malik Bin Muhammad Bin Tufail al-Andalus. Beliau adalah seorang Filosof, dokter dan pejabat pengadilan Arab Muslim dari Andalusia. Lahir pada tahun 1105 M di Guadix dekat Granada, Spanyol.
Sang dokter dan ilmuwan kenamaan dari Spayol Islam ini terlahir pada tahun 1105 M di Guadix, Granada. Setelah beranjak dewasa, Ibnu Tufail berguru kepada Ibnu Bajjah (1100-1138 M), seorang ilmuwan besar yang memiliki banyak keahlian. Berkat bimbingan sang guru yang multitalenta itu, Ibnu Tufail pun menjelma menjadi seorang ilmuwan besar. Beliau dikenal sebagai ahli hukum, dokter dan politikus yang handal.
Dengan mengarang ‘ Hayy Ibnu yaqthan” (hidup putra kesadaran), roman filsafat dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri dari sebuah pulau dan yang tanpa hubungan dengan manusia lain yang telah menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal, namanya mulai melambung dan disegani para pemikir muslim dan non muslim.
Ibnu Tufail pernah memegang jabatan dokter pribadi kepala pemerintahan Al-Muwahidin, Abu Yakub Yusuf. Semasa hayatnya, Ibnu Tufail pernah menjabat sebagai Menteri. Selain itu Ibnu Tufail juga melibatkan dirinya dalam bidang pendidikan, pengadilan dan penulisan.

Pemikirannya
Ibnu Tufail banyak menghasilkan karya filsafat, namun tidak semua berhasil ditafsirkan dan diwariskan kepada umat Islam hingga sekarang. Ini karena beberapa karyanya sukar untuk diterjemahakan, namun buku-buku beliau banyak yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Buku hasil karya Ibnu Tufail itu ialah Hayy ibn Yaqdhan (Alive, Son of Awake). Dalam buku ini beliau mencurahkan pandangannya secara umum dengan gaya bahasa dan imajinasi yang indah. Yaqdhan juga merupakan kitab yang paling indah yang dihasilkan oleh seorang ahli filsafat Islam yang se-abad dengannya. Dalam buku tersebut beliau mencoba menerangkan bagaimana manusia mampu mengenali Tuhan, yang dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap alam sekitar.
Melalui karakter yang dibawa dalam buku ini, Ibnu Tufail merangkai satu filsafat melalui tahap pemikiran yang ada pada manusia. Hayy Ibn Yaqdhan yang hidup di sebuah pulau di Khatulistiwa dengan menggunakan gambaran percampuran empat unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu panas, sejuk, basah, dan kering. Beliau menceritakan Hayy yang hidup di tempat yang terpencil dan mampu mempertahankan setiap aktifitas kehidupannya dengan baik karena penggunaan kemampuan akal dan bantuan panca indera dengan baik. Karakter yang diperkenalkan oleh Ibnu Tufail ini dianggap sebagai karakter luar biasa dalam karya filsafat yang dihasilkan oleh ahli filsafat sebelumnya.
Karakter Hayy Bin Yaqdhan yang dikemukakan oleh Ibnu Tufail adalah karakter yang tidak pernah mengenali ibu bapanya, tetapi Ibnu Tufail telah melengkapi karakter ini dengan alam yang telah mengaruniakan seekor kijang yang menyusui dan memberikan makan. Setelah menjangkau usia dewasa, Ibnu Tufail telah mengarahkan pandangan Hayy Bin Yaqdhan terhadap perkara yang ada di sekelilingnya. Bermula dari itu, Ibnu Tufail telah membahasakan tentang kejadian dan rahasia perubahan yang berlaku di sekelilingnya.
Dalam pandangan beliau, di balik alam terdapat sebab yang tersembunyi yang merubah dan menbentuknya. Karakter Hayy Bin Yaqdhan yang diperkenalkan oleh Ibnu Tufail yang selalu membahas serta menganalisis, sehingga Hayy Bin Yaqdhan ini mampu mengetahui bahwa kebahagian dan kesengsaraan manusia itu bergantung kepada hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu dengan agama. Sebagai tokoh filsafat islam, Ibnu Tufail ingin memberitahu kepada pembaca karyanya bahwa pegangan agama amat penting dalam kehidupan harian. Karakter inilah yang menbantu pembaca memahami pemikiran filsafat Ibnu Tufail.
Novel karya Ibnu Tufail yang berjudul Hayy ibn Yaqdhan ternyata mampu mengguncang ranah sastra dunia Barat. Novel yang ditulisnya itu begitu digemari dan dikagumi masyarakat Eropa. Tidak heran jika novelnya itu menjadi best seller di seluruh Eropa Barat pada abad ke-17 dan abad ke-18. Hasil karyanya dalam bidang filsafat juga memiliki pengaruh yang mendalam terhadap filsafat Islam klasik dan filsafat modern Barat. Karyanya telah turut menggerakkan kaum intelektual Eropa untuk melakukan gerakan pencerahan. Pemikiran Ibnu Tufail telah mencerahkan sejumlah ilmuwan penting Eropa, seperti Thomas Hobbes, John Locke, Isaac Newton, dan Immanuel Kant.

Karya Besar
Peradaban modern sangat berutang budi kepada Ibnu Tufail. Baik peradaban Islam maupun Barat telah merasakan sumbangan penting yang diberikan Ibnu Tufail. Sang dokter sekaligus filosof kenamaan dari Spanyol Muslim itu telah berkontribusi besar memajukan peradaban lewat karya-karya besarnya. Sejarah mencatat, Ibnu Tufail telah berjasa dalam beberapa bidang, antara lain filsafat, sastra, kedokteran, dan psikologi. Inilah sumbangan penting Ibnu Tufail bagi kemajuan sains dan sastra.
Filsafat dan sastra, Ibnu Tufail sangat populer lewat novel filosofis bertajuk Hayy bin Yaqdhan. Sedangkan, dalam bidang filsafat, ia begitu termasyhur lewat bukunya yang dikenal masyarakat Barat dengan judul Philosophus Autodidactus. Dalam Hayy Ibn Yaqthan, Ibnu Tufail mencoba menghidupkan pendapat Mu’tazilah bahwa akal manusia begitu kuatnya sehingga ia dapat mengetahui masalah-masalah keagamaan seperti adanya Tuhan.
Ibnu Tufail banyak dipengaruhi pemikiran-pemikiran Avicenna (Ibn Sina) dan pemikiran-pemikiran Sufi. Ibnu Tufail banyak mengangkat karakter yang sebelumnya sempat diangkat Ibnu Sina. Buku lainnya yang ditulis Ibnu Tufail adalah Philosophus Autodidactus. Karya besarnya dalam bidang filsafat itu merupakan respons Ibnu Tufail terhadap ketidaklogisan filosofi Al-Ghazali yang bertajuk The Incoherence of the Philosophers. Pada abad ke-13, Ibnu Al-Nafis kemudian menulis Al-Risalah al- Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah atau dikenal sebagai Theologus Autodidactus di Barat. Risalah itu merupakan respons terhadap Philosophus Autodidactus karya Ibnu Tufail.
Ibnu Tufail banyak menghasilkan filsafat termasuk mengenai ilmu metafisik, matematika, dan sebagainya. Beliau melihat alam yang dihuni manusia ini sebagai baru yang ditabir oleh tuhan Yang Satu dan berkuasa penuh, dalam diri manusia pula terdapat roh yang menjadi sumber asas kehidupan mereka di muka bumi ini. Filsafat Ibnu Tufail bukan saja berdasarkan metafisik tetapi juga sains, seperti fisika, contohnya beliau mendapati lapisan udara yang tinggi lebih sejuk dan tipis daripada lapisan rendah disebabkan kepanasan berlaku di lapisan permukaan bumi bukannya di ruang udara.
Selain itu, pemikiran filsafat Ibnu Tufail juga meliputi perkara yang berkaitan dengan masyarakat. Ibnu Tufail menyatakan, ”Sebagian masyarakat terdiri dari anggota-anggota yang malas”. Masyarakat yang digambarkan oleh Ibnu Tufail adalah mereka yang mempunyai nilai-nilai yang ada tanpa mau mencari kelebihan masing-masing. Mungkin tujuan seorang filsafat menyatakan demikian adalah untuk menaikkan semangat masyarakat yang membaca karya beliau, bahwa tidak semua masyarakat malas dan tidak berusaha untuk mempertahankan hak yang dimiliki, sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Tufail.
Walaupun dikatakan Ibnu Tufail tidak mempunyai pengikut, namun beliau mempunyai anak murid, Ibnu Bajjah merupakan anak murid Ibnu Tufail namun anak muridnya ini tidak mengikuti sepenuhnya filsafat yang dibahawa oleh gurunya, namun dalam karya yang beliau hasilkan banyak dipengaruhi oleh filsafat anak muridnya Ibnu Bajjah. Hal ini dapat diperhatikan pada pertengahan buku ‘hayy bin yaqdhan” yang membawa pesan yang sama dengan kitab yang dihasilkan oleh Ibnu Bajjah yaitu Mutawwihid.
Ibnu Tufail juga mudah menerima pandangan serta pemikiran ahli-ahli filsafat Islam yang contohnya Al-Farabi dan beberapa ahli filsafat islam yang lain dengan baik. Namun demikian Ibnu Tufail tidak menerima bulat-bulat setiap saran yang dibawa oleh ahli-ahli filsafat ini. Sebaliknya beliau mengkaji dan meneliti dengan lebih terperinci terlebih dahulu pandangan filsafat tersebut.
Kedokteran Dunia kedokteran Spanyol Islam dikenal sebagai pusat bedah kedokteran dan anestesi. Dari Spanyol Islam-lah, bidang kedokteran itu berkembang. Sebagai seorang dokter terkemuka di Andalusia, Ibnu Tufail juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang turut mendukung pembedahan dan autopsi mayat. Dukungannya itu dtuangkan dalam novelnya.
Psikologi Dalam studi psikologi, Ibnu Tufail menyumbangkan pemikirannya lewat argumen tabula rasa. Tabula rasa secara epistemologi dipahami sebagai seorang manusia yang lahir tanpa isi mental bawaan. Dengan kata lain, manusia itu kosong. Seluruh sumber pengetahuan itu diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat indranya terhadap dunia di luar dirinya. 
Sebelum menghembuskan nafas yang terakhir pada 1185 M, Beliau tetap aktif dalam masyarakat juga dalam bidang pemerintahan kenegaraan. Ini berbeda dengan kebanyakan ahli filsafat yang suka mengasingkan diri apabila mengjangkau usia yang lanjut. Filsafat pemikiran yang dibawa oleh Ibnu Tufail dapat dipelajari sehingga kini. Walaupun hanya satu filsafat yang tersohor namun karya tersebut dapat mengharumkan nama beliau di kalangan tokoh-tokoh filsafat Islam. Pemikiran yang dibawa melalui kitab Hayy bin Yaqdhan dapat mengorek pemikiran pembaca-pembaca filsafat bahwa pentingnya penggunaan akal dan pancaindera dalam kehidupan harian walaupun pelbagai rintangan dan dugaan yang terpaksa dihadapi dan tidak mensia-siakan kelebihan tersebut.

C.IBNU RUSHD
Napak Tilas
Averroes, Ibnu Rushd Abu Walid Muhammad Ibnu Ahmad adalah ahli filsafat, kedokteran, matematika, teologi, astronomi, geografi dan sains. Beliau merupakan fuqoha mazhab Maliki. Dilahirkan di Spanyol pada tahun 1126 M dan meninggal dunia tahun 1198 di Maghribi. Beliau adalah ahli filsafat yang paling agung yang pernah dilahirkan dalam sejarah Islam. Pengaruhnya bukan saja berkembang luas di dunia Islam, tetapi juga di kalangan masyarakat di Eropa. Di Barat, beliau dikenal sebagai Averroes dan bapa faham sekularisme. Beliau lahir dalam keluarga yang berilmu dan ternama. Selain itu, beliau telah berguru dengan Ibnu Zuhr yang kemudian menjadi sahabat karibnya. Ibnu Rushd mempelajari ilmu fiqh dan kedokteran dari sahabatnya yang juga merupakan tokoh kedokteran yang terkenal di Spanyol (Ibnu Zuhr) yang pernah bertugas sebagai dokter istana di Andalusia. Selain itu, Ibnu Rushd juga telah dilantik menjadi hakim di Sevilla pada tahun 1169 dan dua tahun kemudian beliau dilantik menjadi hakim di Cordova.

Pemikirannya
Beliau telah banyak menyumbangkan jasanya dalam bidang filsafat dan telah menyelesaikan banyak masalah berkenaan dengan perdebatan antara ahli filsafat yang lain mengenai ilmu Allah. Sumbangan Ibnu Rushd bukan hanya itu, bahkan dalam berbagai bidang lain di antaranya, kedokteran, ilmu kalam, falak, fiqh, musik, kajian binatang, tata bahasa, dan nahwu. Sebelum meninggal dunia, beliau telah menghasilkan bukunya yang terkenal Al-Taysir yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Inggeris dengan judul Faclititation of Treatment.
Salah satu sifat Allah yang menjadi perdebatan hebat antara Mutakallimin dengan ahli filsafat muslim ialah sifat “ilmu”. Perdebatan mengenai “ilmu” Allah inilah yang menyebabkan Al-Ghazali mengkafirkan ahli filsafat yang mengatakan Allah itu hanya mengetahui secara keseluruhan saja dan tidak mengetahui secara mendalam. Ibnu Rushd atau dikenal sebagai Averroes (1126-1198 M) mencoba menyelesaikan polemik ini dengan mengambil pemikiran filsafat dan teologi Islam. Beliau dengan jelas mengatakan bahwa “Allah mempunyai ilmu karena ilmu adalah salah satu daripada sifat kesempurnaan-Nya. Seterusnya, ilmu Allah itu adalah abadi dan kekal selama-lamanya”. Beliau berkata demikian karena beliau tidak membedakan zat Allah dengan sifat-Nya. Hal ini karena Allah dan sifat ilmu-Nya itu adalah satu. Oleh karena zat Allah itu qadim3 maka sifat-Nya juga adalah qadim.
Ibnu Rushd dengan pendapatnya yaitu, “Allah mempunyai ilmu” telah mengutarakan dua alasan untuk menyokong pendapatnya itu. Alasan pertama yang diberikannya adalah sifat ilmu yang dimiliki oleh Allah itu dinyatakan di dalam al-Quran dalam banyak ayat. Contohnya ayat al-Quran yang artinya :
“Dan di sisi Allah jualah anak kunci perbendaharaan segala yang ghaib, tiada siapa yang mengetahuinya melainkan Dia saja; dan Ia mengetahui apa yang di darat dan di laut, dan tidak gugur sehelai daun pun melainkan Ia mengetahuinya; dan tidak (gugur) sebutir biji pun dalam kegelapan malam bumi, dan tidak (gugur) yang basah dan yang kering melainkan (semuanya) ada (tertulis) dalam kitab (Lauh mahfuz) yang nyata dan terang.” (QS. Al-An’am [6]:59)
Alasan kedua yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd ialah berdasarkan fenomena-fonomena yang wujud di dunia ini yang boleh dilihat dengan mata kepala. Contohnya ayat al-Quran yang artinya :
“Tidakkah Allah yang mencipta makhluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedangkannya Dia amat halus urusan tadbirnya dan mendalam pengetahuan-Nya. (QS. Al-Mulk [67]:14)”
Berdasarkan potongan ayat di atas Ibnu Rushd menghubungkan pengalaman kita dengan alam semesta ini, dan menggunakannya sebagai bukti bahwa Allah itu mempunyai ilmu. Beliau berpendapat bahwa semua makhluk yang kita lihat mempunyai penyusunan dan kerjasama yang wujud dalam semua bagian. Hal ini menunjukkan bahwa perkara ini tidak berlaku dengan sendirinya, tetapi sebaliknya menunjukkan adanya sesuatu yang menyusun segalanya itu, dan sudah semestinya sesuatu itu mestilah yang berilmu.
Oleh karena itu, Allah sebagai Pengarah semua yang wujud mestilah mempunyai ilmu, dan ilmu-Nya itu mestilah yang paling sempurna seperti zat-Nya juga. Selain itu, Ibnu Rushd memberi perbincangan yang luas mengenai “ilmu” Allah dalam bukunya Tahafut al-Tahafut dan Tafsir Ma Bad al-Tabiah. Dalam bukunya, Ibnu Rushd menyokong pendapat ahli filsafat yang menyatakan bahawa Allah tidak mengetahui perkara lain selain daripada zat-Nya saja. Beliau memberikan beberapa alasan guna menyokong pandangannya itu, yaitu tidak ada potensi pada zat Allah dan zat Allah itu adalah sesuatu yang ”wajib al-wujud” yang tidak sesekali menerima sembarang perubahan.
Berdasarkan alasan-alasan yang diberikan oleh Ibnu Rushd di atas, kita mengetahui bahwa Allah hanya mengetahui zat-Nya saja. Masalah ini melahirkan dilema dalam fikiran kita, dan untuk menyelesaikan dilema ini, Ibnu Rushd menjelaskan hal ini secara teliti dan berhati-hati sekali melalui ungkapan, “Prinsip pertama (Allah) tidak mengetahui perkara lain selain zat-Nya”. Ungkapan itu bermaksud Allah mengetahui semua perkara karena ilmu-Nya itu adalah sebab kewujudan semua perkara. Contohnya, manusia dan kepanasan, di mana manusia yang hanya mengetahui panasnya api tidak boleh dikatakan dia bodoh mengenai tabi’at kepanasan objek panas karena ia mengetahui tabi’at panas itu dengan sebab ia merasa panas. Oleh karena itu, melalui perspektif yang sama Zat Yang Pertama (Allah) mengetahui sesuatu yang maujud dengan zat-Nya sendiri. Beliau menerangkan lagi bahwa Allah itu bukanlah jahil tentang makhluk karena Allah adalah sebagai sumber segala maujudat, dan dengan mengetahui zat-Nya sendiri sudah cukup untuk Allah mengetahui objek lain.
Seterusnya Ibnu Rushd menegaskan, bahwa kekeliruan yang berlaku mengenai ilmu Allah ini adalah disebabkan berlakunya qiyas antara ilmu qadim (ilmu Allah) dengan ilmu baru (ilmu manusia) dan qiyas seperti ini menurut beliau adalah salah. Beliau menjelaskan bahwa kita tidak boleh berkata bahwa Allah mengetahui sesuatu di alam ini sama ada dengan ilmu baru atau ilmu qadim, karena merupakan bid’ah dalam islam. Islam melarang perbincangan mengenai ilmu Allah dalam bentuk dialektik (cara berfikir yang logik) karena di khawatirkan akan menyimpangkan akidah seseorang. Beliau menyatakan lagi bahwa ilmu Allah dan ilmu manusia adalah berbeda karena ilmu Allah sebab wujudnya maujudat manakala ilmu manusia adalah disebabkan maujudat.

Karya Besar
Ibnu Rushd terkenal dengan terjemahan hasil kerja Aristoteles yang dilupakan barat. Melalui terjemahan dari bahasa latin oleh Ibnu Rushd pada awal abad ke-12, pengetahuan yang ditinggalkan oleh Aristoteles mulai diketahui ramai di barat.
Hujjah Ibnu Rushd dalam The Decisive Treatise menjustifikasi pembebasan sains dan filsafat dari aliran rasmi mazhab Ash'ari. Ini menyebabkan sebagian sarjana menganggap Ibnu Rushd sebagai bapa faham sekularisme di Eropa barat.
Ibnu Rushd menterjemah dan memberi komentar hasil kerja Aristoteles selama hampir tiga dekade. Beliau banyak mempengaruhi filsafat dunia Islam. Dalam hasil kerjanya Fasl al-Maqal (The Decisive Treatise), beliau menekankan pentingnya berpikir secara analitikal untuk menterjemah Qur’an dan ini bertentangan dengan pandangan konservatif ulama Islam di mana penekanan penafsiran Qur’an diletakkan kepada sumbernya seperti hadits.
Pembicaraan filsafat Ibnu Rushd banyak tertumpu pada persoalan yang berkaitan dengan metafisika, terutama ketuhanan. Beliau telah mengemukakan idea yang jelas, dan melakukan pembaharuan semasa membuat uraian mengenai perkara tersebut.
Hasil pemikiran yang dimuat dalam tulisannya, terutamanya dalam bidang filsafat, telah mempengaruhi ahli filsafat Barat. Dua orang ahli filsafat Eropa, Voltaire dan Rousseau dikatakan bukan sekedar terpengaruh oleh filsafat Ibnu Rusyd, tetapi memperoleh ilham setelah membaca karyanya.
Pemikiran Voltaire dan Rousseau telah mencetuskan era Renaissance di Perancis sehingga merobah wajah Eropa keseluruhannya sebagaimana yang ada pada hari ini. Masyarakat Barat sebenarnya terhutang budi kepada Ibnu Rusyd karena pemikirannya, secara langsung ataupun tidak, telah mencetuskan revolusi di benua Eropa.
Dapat disimpulkan bahwa Ibnu Rushd menerangkan secara teliti berkenaan dengan ilmu Allah yang sebelum ini membawa kekeliruan kepada ahli filsafat yang lain. Seterusnya, Ibnu Rushd membuat ringkasan kesimpulan mengenai perbincangan tentang ilmu Allah adalah seperti berikut. Pertama, terdapat beberapa kekeliruan yang kadang-kadang amat ketara jika ilmu Allah ditinjau dari sudut ilmu filsafat. Kedua, satu jalan yang dapat mengatasi kekeliruan itu ialah umat Islam khasnya golongan massa, tidak perlu membincangkan secara mendalam dan panjang lebar tentang ilmu Allah karena dikhawatirkan akan menyesatkan dan menyimpangkan mereka hingga membawa kepada syirik. Ibnu Rushd menyatakan lagi bahwa cukuplah sekadar apa yang diterangkan di dalam al-Quran dan al-Hadits.
Ibnu Rusyd (1126-1198), Bukunya yang terpenting dalam bidang kedokteran ialah al-Kulliyat yang berisi kajian ilmiah pertama kali mengenai tugas jaringan-jaringan dalam kelopak mata juga teori-teori umum mengenai obat-obatan, dan dapat mengamati bahwa tidak seorang pun dapat terkena cacar. Bukunya dalam bidang fikih adalah Bidayatul Mujtahid4.

Granada adalah benteng terakhir kaum muslimin di Andalusia (Spanyol) yang jatuh ke tangan bangsa Eropa yang kafir. Semoga Islam kembali memimpin dunia. Mencerahkan dan menjadi “rahmatan lil ‘alamin”. Islam yang memberikan masa depan dunia dengan lebih cerah. Kita harus berjuang untuk membela Islam dan menegakkannya dalam naungan Khilafah. Metode Dakwah yang dilakukan oleh Umat islam di Spanyol di antaranya :
1.Dengan penaklukan wilayah, di mana perang dalam islam memiliki tiga prinsip, yaitu keadilan, kasih sayang, dan pemenuhan perjanjian.
2.Melalui ilmu pengetahuan
3.Melalui syair dan musik, yang pada saat itu menjadi salah satu ciri tingginya peradaban Spanyol
4.Banyak ilmuwan yang juga ulama yang senantiasa mendakwahkan ilmu-ilmu keislaman
5.Membangun masjid, sebagai tempat pembinaan dan kegiatan umat.



Interior dan Exterior Masjid Kordoba atau mezquita, peninggalan
dari Al-Andalus yang kini dijadikan katedral Katolik Roma
6.Dibangunnya perpustakaan-perpustakaan yang menyimpan buku-buku ilmu pengetahuan.
7.Munculnya filosof –filosof islam, seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, dll
DAFTAR PUSTAKA


Hanafi, Ahmad. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Cet. VI. 1996

Leaman Oliver, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1989.

Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Nasution Harun, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2008.

Siddiqi, Amir Husain. Studies In Islamic History, Edisi Indonesia, Alih Bahasa : H.M.J. Irawan. Al-Ma’arif, Bandung. 1985

Sudarsono, Filsafat Islam, Jakarta: Sineka Cipta, 2004

http://ms.wikipedia.org diakses tanggal 24 April 2009

http://mediabilhikmah.multiply.com diakses tanggal 24 April 2009

http://www.republika.co.id, diakses tanggal 24 April 2009

Sistim Kakarabatan jeung Kamasarakatan Orang Sunda

oleh Fajar Burnama


a.Sistim Kakarabatan Orang Sunda
Ku kersaning Pangeran, jalma bisa hirup, jumeneng di ieu dunya. Mimiti ti luluhur jalma nu kahiji, Kangjeng Nabi Adan alaihi salam dugi ka ayeuna manusi masing cicing bari ngarasakeun mangrupa kanikmatan ti Nu Mahakawasa. Sagala nu dipikabutuh ku jalma geus ngajagrag di sabuderen urang, cai, udara, cahya, jeung nu sejenna teu pernah dikurangan ku Allah, tapi kilang bara jalma loba nu ngaruksak, jadi sok loba kakurangan. Ku kituna geus pasti yen beuki lila jalma hirup di ieu dunya beuki loba oge kanikmatan nu dipaparin Ku Dzat Nu Maha Rozak. Ku sabab kitu karasana teu kaleuwihan yen urang kudu tumut patuh ka Mantenna.
Salahsahiji kanikmatan nu dirasakeun ku jalma nyaeta kahayang jang nyieun turunan. Tah, kuayana kitu, timbul we nu disebut kakarabatan. Bisa disebut yen asal mula ayana kakarabatan teh lantaran ayana perkawinan, kaasup di masarakat sunda. Perkawinan orang sunda biasana dimimitian ku ayanan “neundeun omong”, biasanan dilakikeun ku kolot urang bari heureuy alias teu serius. Sanggeus kitu, bari nete taraje minantu teh diteliti sangkan teu salah pilih, mimitina mah susulumputan, lila-kalilaan jadi terus terang. Lamun geus cindeuk, diayakeun musyawarah nangtukeun waktu acara “lamaran” atawa khitbah.
Sanggeus acara lamaran, diayakeun upacara pernikahan. Kaluarga ahirna kabentuk, nepi ka boga budak nu disebut kaluarga “batih”, nyaeta kaluarga nu terdiri ti bapak, indung, jeung budak (bisa kandung/adopsi).
Lian ti kaluarga batih, aya sakelompok karabat nu masih sadar kana hubungan kakarabatan, maranehna diulem kana acara-acara saperti pernikahan jeung lainna, kelompok ieu disebut “golongan”. Golongan teh kelompok kakarabatan nu dina antropologi disebut kindred. Sadengken huji golongan nu menurutken ti karuhun nu jauh disebut bondoroyot.
Prinsip katurunan di Pasundan nyaeta boga sipat bilateral, yen garis katurunan nu ngitungkeun hubungan kakarabatan ti lalaki jeung awewe, atau melalui garis katurunan indung jeung ti bapa boga kadudukan nu sarua.

Orang Sunda teh ngabogaan istilah-istilah jang generasi boh ka luhur oge ka handap, nyaeta :

Dina urutan generasi ieu, dua generasi ka luhur jeung ka handap ngabogaan pungsi nu fungsional dina sistim kakarabatan, sadengkeun tilu generasi ka luhur jeung ka handap ngabogaan fungsi tradisional.
Lian ti tujuh generasi ka luhur jeung ka handap, orang Sunda ngabogaan sababaraha istilah kakarabatan, nyaeta: Apa, Bapa, Ema, MA, Kakang, Kaka, Akang, Kang, Ceuceu, Euceu, Ceu, Uwa, Wa, Mamang, Mang, Bibi, Ibi, Embi atawa Bi.

b.Sistim Kamasarakatan Orang Sunda

Dina masarakat sunda, kahirupan kaluarga ngandung arti saling hubungan antawis unsur-unsur kaluarga, di antarana kelompok kakarabatan nu didasarkeun ku prinsip nu ngatur batas hubungan karabat nu teu boga sipat selektif. Dina ngalangsungkeun kahirupan masarakat, kaluarga ngabogaan tilu pungsi, nyaeta :
Kahiji, Ngalindungi tur ngarahkeun barudak
Kadua, Ngendalikeun kahirupan seks jang lalaki salaku bapa.Sakabeh kabudayaan boga batasan tur larangan hubungan seks antara karabat deukeut atawa dulur saindung sabapa.
Katilu, ngatur pangan, utamana dina ngadisiplinkeun cara-cara dahar ka barudak.

Di kaluarga sunda, nu jadi tulang tonggong sakaligus pelindung nyaeta suami/caruge atawa bapa, sadengkeun istri/pamajikan atawa indung boga tanggung jawab kana kalancaran urusan imah. Kabiasaan netep sanggeus nikahdi Sunda nyaeta matrilokal, salaki netep di imah pamajikan samentara, sanggeus mapan, maranehna neangan tenpat sorangan nu biasana jauh ti karabat pamajikan oge ti karabat salaki nu istilahna disebut neolokal.
Kaharmonisan hubungan antara bapa jeung indung mawa pangaruh anu kalintang gedena dina ngabentuk akhlaq budak. Kolot janten taladan kanggo sakabeh anggota kaluarga. Ku kituna tingkah polah nu janten kolot kudu sajalan jeung norma tur aturan nu aya di masarakat.
Nu jadi pamajikan kudu Awewe tulang tinande.1 Lamun nu jadi pamajikan, kawas kitu, pasti nu jadi salaki bakal asa ditonjok concot.2 Lamun geus kitu, kaluarga kudu bengkung ngariung bongkok ngaronyok.3 Nu jadi budak ulah sok beurat birit.4 Lamun nu jadi budak kawas kitu, kudu geura babalik pikir.5 Enya ge urang heureut pakeun6, tapi urang teuteup kudu berehan bka baraya. Tapi ulah ngawur ka sintu nyiehkeun hayam.7
Tingkah polah nu hade lain ngan ukur di kaluarga atawa di jero imah wungkul, tapi oge di masarakat luas. Di kalangan menak Sunda, aya tendensi ngawariskeun ngaran kaluarga ti bapa ka barudakna, utamana ka budak lalaki. Oge dina hal bagi waris, budak lalaki kabagian bagian nu leuwih loba batan awewe. Tapi kiwari kabiasaan kitu teh geus jarang dilakukeun, awewe sok menangkeun bagian nu sarua jeung lalaki, biasana ieu kajadian di kalangan menak.
Gotong royong geus jadi ciri masarakat Sunda, nyekel prinsip silih asih, silih asah tur silih asuh. Kahirupan harmonis, masarakat rukun, nyepeng norma jeung nilai nu berlaku, di jaman kiwari beuki leungit kakikis ku pangaruh budaya barat nu jauh tina norma tur etika manusa.
Kulantaran kitu, hayu hurang ngamimitian nalungtik kaayaan urang, kaayaan deunguen-deungeun, tuluy di lelempeng. Mana anu saruana, anu pimaslahateun pikeun  kahirupan manusa jeung kamanusaan jaganing pagéto.

PUSTAKA

Risdayah, Enok. Pengantar Budaya Sunda. 2003. Bandung: Baik.

Herdiana CA, spk. Lantera Basa. 2007. Bandung: Yayasan Babul Khoer Al-Islami.

Gunardi, Gugun,dkk. Kamus Populer Remaja (Rumaja). 2006. Bandung: Pemerintah
Propinsi Jawa Barat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

MAKHLUK TUHAN PALING EGOIS!!!

oleh Fajar Burnama

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
الحمدلله الذي علم القرأن خلق الإ نسان علمه البيان
الصلاة والسلام على سيدن محمد وعلى أله وصحبه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الميزان
أشهدأن لاإله إل الله رب العلام وأشهدأن محمداالرسول الله صل الله عليه وسلم
وبعد...ياأيهاالناس إعلموا أن الجنة أعدت للمتقين فاتقواالله، واتقواالله، ثم اتقواالله، إن الله خبيربما تعملون
W
eit…siapa tuch! Serem banget ya … tenang doelu donk! Simak first apa maksudnya. Kata egois bermakna negative pada dasarnya, emang sich! Tapi musti diingat that maknanya gak selalu negative lho. Gak percaya??

TAu gak, kita tuh selaku makhluk Tuhan yang disebut manusia poenya tugas yang utama di dunia ini… apaan tuch? Tidak lain sesuai dengan satu ayat dalam al-qur’an yang pasti sering kita denger, itu lho surat Adz-dzariat ayat 56 :

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

Nah lho. Oh iya apa ajah sih yang disebut ibadah itu?? Bener banget yang kamu pikirin, yang namanya ibadah itu seperti shadaqoh, shalat, berbuat baik sama orang, berdakwah alias ngajar adik kita baca, tulis, etc.

OK, sekarang kita ambil salah satu macam ibadah, shodaqah, coba tengok ayat qur’an berikut :

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al-baqarah: 261)

Di ayat tadi dijelasin bahwa siapa aja yang ngeluarin hartanya di jalan Allah, shodaqohnya bisa buat orang miskin, membangun masjid, traktir temen, kayak gitu-gitu dech! Maka kita bakal dapat balasan yang berlipat ganda dari Allah… so siapa yang untung??? Ternyata justru yang ngeluarin harta yang paling untung, tapi kok kita jarang ngelakuinnya ya???aneh tapi nyata!

Terus misalnya kita ngajak orang lain buat berbuat baik. Kalo yang kita ajak ngelakuin ajakan kita, so kita juga bakal dapat pahala kebaikan yang dia lakuin, weis..siapa tuch yang untung???
Temen-temenku yang imut-imut ^_^ jadi ternyata kalo kita berbuat baik maka kebikan itu buat kita juga lho, gitu juga kalo kita berbuat dosa buat kita juga deh balasannya…

“…dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain…”(Az-zumar :7 )

Nah egois khan kita ini!!! Ya iya lah… masa ya iya donk!!
Sekarang gimana caranya kita jadi makhluk paling egois ??
There are five principles :
1.Rajin ibadah, karena balesannya buat kita-kita juga
2.Jangan pikirin orang laen!! Kok? Maksudnya kejelekannya, capek en gak ada manpaatnya lagi!
3.Jangan biarin orang laen rebut hak kita! Kok! lagi? Maksudnya hak dan kesempetan kita buat berbuat baik, fastabiqul khairot!!!
4.Kita harus kuat! Strong gitu lho! Fisik, financial, akhlaq, mental, coz saingan kita banyak banget!
5.En hanya satu Dzat Yang berhak ambil segalanya dari kita, coz emang Dia Yang Ngasih. Kita juga ngelakuin semuanya karena الله

Ok dech semoga kita bisa jadi kayak judul di atas!! Ca yo !!


هدن الله وإياكم أجمعينΘ Θ
والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته

TITIAN CINTA QUR’AN1

oleh Fajar Burnama


السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
الحمدلله الذي علم القرأن خلق الإ نسان علمه البيان
الصلاة والسلام على سيدن محمد وعلى أله وصحبه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الميزان
أشهدأن لاإله إل الله رب العلام وأشهدأن محمداالرسول الله صل الله عليه وسلم
وبعد...ياأيهاالناس إعلموا أن الجنة أعدت للمتقين فاتقواالله، واتقواالله، ثم اتقواالله، إن الله خبيربما تعملون
Ikhwah fillah rahima kumullah
Keadaan bumi kini telah carut marut, kejahatan dan kerusakan moral semakin mengkhawatirkan. Berapa banyak orang yang telah putus asa kala ia menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginannya. Berapa banyak remaja yang terjerat narkoba karena alasannya yang macam-macam. Berapa banyak keluarga hancur karena tak berpondasikan agama? Itulah dampak dari rencana besar musuh peradaban, yang kian hari kian tampak keberhasilannya merusak generasi kita. Mengapa semua ini terjadi? Siapa yang harus kita salahkan? Apakah semua ini harus kita biarkan? Tentu tidak!
Kini, kita telah semakin kehilangan kesadaran beragama. Kita telah lupa jati diri kita sebagai makhluk. Kita telah sedemikian jauh dari pedoman hidup yang telah diberikan oleh Sang CREATOR alam semesta itulah Al Qur’an/Al Huda/Al Furqon/Adz Dzikru/Al Bayan/Asy Syifa yang sangat luar biasa.
Seorang pembuat sepeda motor akan sangat memahami bagaimana cara menggunakan, memelihara, memperbaiki dan mengambil manfaat dari sepeda motor ciptaannya, sehingga apabila kita menggunakannya sesuai petunjuk pembuatnya, motor akan sangat terasa manfaatnya. Terlebihالله sebagai Pencipta alam semesta tentu sangat mengetahui akan segala hal berkenaan dengan segalanya. Semakin jauh umat dari petunjuk Ilahi, maka semakin kacaulah dunia ini.

Ikhwah fillah rahima kumullah
Muhammad Ali Ash Shobuny dalam kitab “At-Tibyaan fii Uluumil Qur’an” menyatakan bahwa Al Qur’an adalah kalamullah yang tiada bandingannya, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril as, ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan secara mutawatir. Mempelajarinya merupakan ibadah, dimulai dari surat Al Fatihah dan ditutup dengan surat An Naas.
Al Qur’an adalah lafazh yang diturunkan kepada Muhammad SAW bersama makna yang ditunjukkannya. Lafazh Al Qur’an adalah lafazh bahasa Arab yang gaya pengungkapannya sangat indah, fasih dan baligh. Tiada satu kalimat pun yang susunannya menyimpang dari kaidah bahasa Arab. Bahkan kepastian bahwa Al Qur’an berbahasa Arab telah dijelaskan oleh Allah SWT sendiri di antaranya melalui firmanNya dalam QS Yusuf : 2 :

“Sesungguhnya Kami menurunkan berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.

Ikhwah fillah rahima kumullah
Sejarah telah membuktikan, bahwa Rasulullah membentuk jiwa luhur dan agung para sahabat dengan Al-Qur’an, menundukkan musuh-muuhnya dengan kemuliaan Al-Qur’an, bahkan membangun Negara terhebat, Madinah al-Munawarah dengan Al-Qur’an. Dengan berakhlaq Al-Qur’an

"Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung".2
Rasulullah mampu menunjukkan model kehidupan yang terbaik, sehingga beliau menjadi suri teladan utama bagi seluruh penduduk dunia.

“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” 3

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. “4

Islam yang merupakan simbol harus menjadi identitas kita, islam merupakan substansi yang harus menjadi keyakinan kita, dan islam merupakan operasional yang harus menjadi perilaku kita di dalam kehidupan. Kita taati Allah dan Rasul-Nya, kita terapkan konsep Al-Qur’an dalam semua aspek kehidupan maka kebahagiaan baik kini di dunia maupun di akhirat kelak akan kita raih.

“Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”5
Ikhwah fillah rahima kumullah
Sudah saatnya kita Ruju’ Ila Allah kembali kepada Allah, back to Qur’an, kembali kepada Qur’an. Kita harus menjadi kekasih Al Quran, dengan cara :
1.Bangga karena memiliki Al Quran sebagai pedoman hidup terdahsyat
2.Senantiasa membaca dan mendengarkan Al Quran setiap hari, meski hanya satu juz
3.Senantiasa mempelajari tata cara membaca Al Quran, meliputi tajwid, makhorijul huruf, dan shifatul huruf, juga ilmu murattal
4.Senantiasa mengkaji kandungan Al Quran, meski hanya satu-persatu ayat
5.Senantiasa membumikan Al Quran, minimal yang sering dibaca, seperti al-Fatihah
6.Senantiasa mengajarkan dan mendakwahkan Al Quran, meski hanya satu ayat

Semoga Allah Yang Mahaagung senantiasa merahmati kita, dan dikaruniakan-Nya kepada kita kemampuan untuk selalu taat dan patuh pada-Nya. Amin yaa Rabbal ‘alaamin.
هدن الله وإياكم أجمعين وعفومنكم
و السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

ANALISIS KHALAYAK

oleh Fajar Burnama

PENDAHULUAN
Dakwah Islam sejak dibawa Nabi Muhammad Rasulullah kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan diikuti dengan lahirnya Dinasti Umayah dan Abasiyah dengan ujung kekhalifahan tahun 1924 di Turki1, maka kita akan mendapat gambaran yang lebih besar tentang upaya umat Islam untuk menegakkan nilai-nilai islam yang diyakininya.
Pertama kita bisa menginterpretasikan sebuah kerangka perjalanan umat Islam itu lahir karena krisis sosial, ekonomi serta politik. Ketidakpuasan terhadap lingkungan yang penuh dengan kezaliman dan kejahatan, maka penerapan atau aplikasi nilai Islam dalam kehidupan telah melahirkan berbagai respon dari berbagai lapisan umat.
Untuk kondisi saat ini, umat islam ada yang berbentuk sebuah gerakan dakwah yang kemudian terlembagakan dalam bentukan unit politik yang disebut negara, namun ada pula yang meniupkan kebangkitan Islam untuk lepas dari kebodohan, kemiskinan dan penindasan penjajah dari Barat. Dari tabel itu terlihat bahwa upaya umat Islam untuk bangkit tidak hanya muncul di Indonesia. Gerakan itu sudah muncul di berbagai wilayah di muka bumi yang dihuni umat Islam.
Para sahabat Rasulullah saw, adalah umat yang sangat mencintainya dan senantiasa membelanya mati-matian, sedangkan saat ini saat Nabi Muhammad saw, dihina2 ada sebagian umat islam yang acuh tak acuh bahkan cenderung mendukung penghinaan tersebut. Kalau rentang waktu dibentangkan sejak Nabi Muhammad membawa obor yang jadi Rahmat Seluruh Alam, maka kita akan menyaksikan betapa gerakan dakwah yang ada di Indonesia itu hanyalah satu titik dari rangkaian seluruh perjuangan umat Islam untuk menyelamatkan umat manusia. Jika gerakan di Indonesia itu diletakkan dalam kerangka waktu sejarah umat manusia sejak Nabi Adam, maka tiadalah artinya. Titiknya bahkan tidak terlihat lagi karena Indonesia sebagai sebuah negara nasional atau unit politik modern yang mengikuti pola Barat baru lahir tahun 1945.
Respon umat terhadap dakwah islam saat ini ada yang berbentuk kultural sosial dan ada pula yang berbentuk struktural sebagai sebuah pendekatan untuk menegakkan citra Islam di masyarakatnya. Kembali kita lihat bahwa sesungguhnya respon terhadap lingkungan itu menjadi sebuah makna apabila pimpinan gerakan dan elit di sekitarnya mampu menterjemahkan nilai-nilai normatif itu menjadi sebuah petunjuk praktis untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
Persoalan hidup pada era globalisasi sekarang telah melahirkan banyak tantangan bagi gerakan dakwah, namun semua itu masih kurang tersentuh karena sebagian belum menemukan format yang tepat dengan perubahan lingkungan yang merupakan ayat-ayat yang seharusnya dipikirkan dengan akal budi manusia.

PEMBAHASAN
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal mau­pun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam menda­patkan hiburan (enter­tain­ment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin mem­buka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
عن أبي مسعد بن عمروالأنصرى البدرى رضي الله عـنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن مما أدرك الناس من كلام النبوة الأولى.إذالم تستح فاصنع ما شئت. رواه البخري ومسلم
Hadits dari Abu Mas’ud bin ‘Amr Al Anshary Al Badry ra, berkata : Rasulullah saw, bersabda : Sesungguhnya dari sesuatu yang diketahui manusia dari perkataan kenabian yang pertama. Apabila kamu tidak memiliki rasa malu, maka lakukanlah sesukamu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi3 dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita.
Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya. Lima hal yang harus dilakukan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif :4
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi serta berkelanjutan. Bukan hanya Ilmu tabligh, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut kembali remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang sangat berharga. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa misi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelahkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktid dalam penggunaanya.
Khutbah Jum’at yang merupakan momentum berkumpulnya umat di masjid untuk beribadah bersama hendaknya dapat dijadikan sebagai peluang untuk memberikan suntikan informasi dan pemahaman islam. Setiap khatib, setelah mereka memahami karakteristik dan kebutuhan mukhatab hasil dari analisis mendalam fenomena sosial aktual harus mampu memberikan penyerahan yang tepat dan jitu. Sehingga dengan media khutbah jum’at setiap pekannya, diharapkan memberikan sumbangan yang signifikan dalam usaha dakwah umat.
Mukhatab adalah peserta dakwah, baik perseorangan maupun kolektif atau kelompok, laki-laki atau perempuan, anak-anak ataupun dewasa, demikian seterusnya. Dari segi intelektualitas, mukhatab dapat dibedakan menjadi :
a.Kaum cendekiawan, yaitu golongan yang dapat menerima penjelasan ilmu, amal, dan penjelasan aqidah dengan pengajaran,
b.Kaum yang mengakui, dan menerima kebenaran, tetapi sering lalai dan mengikuti hawa nafsu, maka dakwah dilakukan dengan memberi nasihat yang baik (berupa motivasi dan ancaman),
c.Kaum yang keras hati (penentang), kepada mereka kita gunakan cara mujadalah yang baik dalam berdakwah,
d.Kaum penentang dan zhalim, maka dakwah yang dilakukan adalah dengan mujadalah yang baik, namun dapat pula dengan menggunakan kekuatan sebagai cara pamungkas.
Pesan khutbah harus disesuaikan dengan mukhatab agar khutbah kita berhasil. Berikut ragam pesan khutbah yang berisi metode yang dapat disesuaikan dengan mukhattab :
a.Nasihat yang baik
Berisi pengajaran
Berisi pembinaan moral
b.Memberi Motivasi dan Ancaman
Memberi motivasi dan kabar gembira
Dengan janji, berisi janji-janji Allah bagi manusia yang taat, baik untuk di dunia maupun di akhirat
Dengan menyertakan macam-macam bentuk ketaatan
Memberi ancaman dan peringatan
Diberi azab, bagi orang yang inkar dan kufur terhadap Allah dan rasul-Nya. Baik yang akan ditimpakan juga yang telah menimpa orang terdahulu
Diberi azab di akhirat kelak
Siksa mental di hari kiamat
Hukuman atas dosa yang bermacam-macam
c.Memberi contoh-contoh bijak
Kisah-kisah orang taat masa lalu dan kini
Perumpamaan-perumpamaan yang berhikmah
Melihat sifat orang-orang terpuji
Semakin mahir kita memanfaatkan setiap momentum yang ada untuk tujuan dakwah, maka harapan kita untuk mengembalikan kejayaan islam dan indahnya hidup dengan sibghoh islam akan semakin cepat kita rasakan.

PENUTUP
Tantangan dakwah ke depan tentu akan semakin kompleks, namun seiring dengan itu tentu kita harus sekuat tenaga melakukan pencegahan dan pemeliharaan umat secara berkesinambungan. Kuncinya adalah perkuat ghirah, nikmati setiap fase yang dilewati, dan pertebal iman serta ukhuwah, manfaatkan setiap momentum yang ada untu dakwah, maka masa depan gemilang kehidupan akan kita raih.
DAFTAR PUSTAKA

Muhyidin, Asep, Agus Ahmad Safei,. Metode Pengembangan Dakwah. Pustaka Setia Bandung.,2002.
As-Siba’i, Mustafa. Peradaban Islam Dulu, Kini, dan Esok. Gema Insani Press. Jakarta. 1993.
Kayo , RB. Khatib Pahlawan Artikel “Problematika Dakwah Masa Kini”, 2005.

Film Sejarah Daulah Khilafah Islamiyah (570-1924) Seri 1 Membangun Peradaban Islam,
El- Moesa Production. Yogyakarta. 2006

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH PERADABAN ISLAM

oleh Fajar Burnama


Pertengahan Abad ke-enam Sesudah Masehi

Peradaban tertua di dunia seperti Asyiria,Phunisia, dan Mesir di bawah Romawi, peradaban Babilonia menderita akibat dominasi Persia, hidup pas-pasan,Eufrat dan Tigris disedot untuk para kaisar Persia dan kaki tangannya.
Di imperium Romawi,kaum elit bebas pajak,penduduk asli dibebani pajak.Di India ada system kasta menjadi empat belas kasta.Kaum Brahma punya hak istimewa ,kaum Paria dihina dan menderita.
Arab terletak di imperium Romawi dan Persia.Suku-suku perbatasan takluk pada Persia dan Romawi,Khawatik hidupnya takut diserang Romawi.Agama Monoteisme paling murni (Nabi Ibrahim) diselewengkan oleh generasi-generasi yang bekerjasama dengan bangsa lain.Kaum Saba menyembah bintang,kaum Persia menyembah api dan kepercayaan ganjil lainnya seperti menyembah berhala dan menguburkan anak perempuan hidup-hidup.
Orang Kristen Romawi merasa menguasai dunia dan ingin bangsa lain yang di bawahnya dengan cara mengikuti cabang tertentu Kristen.Bangsa Kopti di Mesir yang tidak mau mengikuti dan tetap pada agamanya dijatuhi hukuman mengerikan seperti potong tangan,kaki,mati atau dibakar di atas lilin,mati perlahan.
Kemudian hadirlah Rasululloh saw untuk menuntun ke jalan yang telah terlupakan dan memperingatkan tentang ajaran yang telah diabaikan.Dalam jangka waktu lama tidak ada firman Tuhan sehingga zaman itu menjadi titik nadir terendah dalam pemikiran manusia.selama enam ratus tahun tidak ada seorang rasul pun yang diutus.Zaman kegelapan,dunia dicekam kebisuan mutlak.Wanita dan anak mempunyai hak yang sedikit,pedih dan putus asa.Kemudian Alloh mengirimkan nabi terbesar,cahaya mulia dan suci menyinari langit dari timur dan barat dari dinding-dinding perbatasan Cina hingga pantai barat Maroko,dari samudera Atlantik hingga Pasifik.Membuka keadilan dan pengetahuan bagi manusia.
Diawali dengan hijrah ke Abisinia di Ethiopia Raja Negus kemudian hijrah ke Madinah dan mulailah peradaban Islam.

1. Pengertian Sejarah Peradaban Islam
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia,sebagaimana juga di Arab dan Barat,masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” (Arab,al-Tsaqafah;Inggris,culture) dan “peradaban” (Arab,al-Hadharah;Inggris,civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang,kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan,manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni,sastra,religi(agama),dan moral,maka peradaban terefleksi dalam politik,ekonomi,dan teknologi.
Menurut Koentjaraningrat,kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud,(1) wujud ideal,yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,gagasan,nilai-nilai,norma-norma,peraturan,dan sebagainya,(2) wujud kelakuan,yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat,dan (3) wujud benda,yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sedangkan,istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Menurutnya,peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi,seni bangunan,seni rupa,sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Jadi,kebudayaan menurut definisi pertama,adalah wujud ideal dalam definisi Koentjaraningrat,sementara menurut definisi terakhir,kebudayaan mencakup juga peradaban,tetapi tidak sebaliknya.
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw.,telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang,bodoh,tidak terkenal,dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain,menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia,membina suatu kebudayaan,dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang. Bahkan,kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. Islam memang berbeda dari agama-agama yang lain. H.A.R. Gibb di dalam bukunya Whither Islam menyatakan, “Islam is indeed much more than a system of theology,it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sekadar sebuah agama,ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam,kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.
Landasan “peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya,sementara landasan “kebudayaan Islam” adalah agama. Jadi,dalam Islam,tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama “bumi” (nonsamawi),agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta,rasa,dan karsa manusia,maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan.
Banyak penulis Barat yang mengidentikkan “kebudayaan” dan “peradaban”Arab. Untuk masa klasik,pendapat itu mungkin dapat dibenarkan,meskipun sebenarnya antara “Arab” dan “Islam” tetap bisa dibedakan. Karena,pada masa itu pusat pemerintahan hanya satu dan untuk beberapa abad sangat kuat. Peran bangsa Arab di dalamnya sangat dominan. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa yang satu,bahasa Arab,sebagai bahasa administrasi. Semua ungkapan-ungkapan budaya juga diekspresikan melalui bahasa Arab,meskipun ketika itu bangsa-bangsa non-Arab juga sudah mulai berpartisipasi dalam membina suatu “kebudayaan” dan “peradaban”. Apalagi,orang-orang nonmuslim juga banyak menyumbangkan karya budayanya. Pada masa klasik memang terwujud apa yang dinamakan dengan kesatuan budaya Islam. Akan tetapi pada masa sesudahnya,yaitu pada Periode Pertengahan dan Periode Modern,sudah terdapat “kebudayaan-kebudayaan” dan “peradaban-peradaban” Islam. Walaupun pada masa pertengahan umat Islam masih memandang bahwa tanah airnya adalah satu,yaitu wilayah kekuasaan Islam,agama masih dilihat sebagai tanah air dan kewarganegaraan. Hal itu bukan saja karena terjadi disintegrasi kekuatan politik Islam ke dalam beberapa kerajaan dalam wilayah yang sangat luas,tetapi terutama karena ungkapan-ungkapan kebudayaan dan peradaban tidak lagi diekspresikan melalui satu bahasa. Bahasa administrasi pemerintahan-pemerintahan Islam sudah berbeda-beda,seperti Persia,Turki,Urdu di India,dan Melayu di Asia Tenggara. Bahkan,peran Arab sudah jauh menurun. Tiga kerajaan besar Islam pada Periode Pertengahan tidak satu pun yang dikuasai oleh bangsa Arab. Apalagi,karena Islam disebarkan secara damai,maka Islam dengan sangat toleran memperlakukan kebudayaan setempat,sejauh tidak menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran. Bahkan pada mulanya,yang juga masih terlihat hingga sekarang,ajaran-ajaran Islam yang berkembang di berbagai daerah terpengaruh oleh kebudayaan local. Namun,meskipun sejak Periode Pertengahan,sudah terdapat “kebudayaan-kebudayaan” dan “peradaban-peradaban” Islam,semuanya masih dipersatukan oleh Islam yang merupakan landasan bersama. Oleh karena itu, “kebudayaan-kebudayaan” dan “peradaban-peradaban” Islam itu dapat disebut dengan “Kebudayaan Islam” dan “Peradaban Islam”.
Kajian tentang “peradaban” Islam sekarang ini memang sudah menganut pendapat bahwa kebudayaan Islam tidak lagi satu,tetapi sudah terdapat beberapa “peradaban” Islam. Akan tetapi,tampaknya “peradaban-peradaban” Islam yang disorot dalam kajian-kajian Islam sampai waktu belum lama ini hanya terbatas pada empat “peradaban” Islam yang dominan. Semuanya sangat berkaitan dengan empat kawasan,yaitu kawasan pengaruh kebudayaan Arab (Timur Tengah dan Afrikan Utara,termasuk Spanyol Islam),kawasan pengaruh kebudayaan Persia (Iran dan negara-negara Islam Asia Tengah),kawasan pengaruh kebudayaan Turki,dan kawasan pengaruh kebudayaan India-Islam. Hal ini,tampaknya,sangat ditentukan oleh perkembangan politik Islam sampai Periode Pertengahan. Kalau pada Periode Klasik,peran Arab sangat menonjol karena memang Islam hadir di sana,maka pada Periode Pertengahan muncul tiga kerajaan besar Islam yang mewakili tiga kawasan budaya,yaitu kerajaan Usmani di Turki,kerajaan Safawi di Persia,dan kerajaan Mughal di India. Kerajaan-kerajaan Islam yang lain,meski juga ada yang cukup besar,tetapi jauh lebih lemah bila dibandingkan dengan tiga kerajaan ini,bahkan berada dalam pengaruh salah satu di antaranya. Kajian politik rupanya masih sangat besar mempengaruhi kajian kebudayaan dan peradaban. Studi Islam seperti ini,maksudnya kajian Islam yang masih membatasi empat kawasan itu,masih terlihat dalam tulisan-tulisan ilmuwan kontemporer yang mengkaji persoalan keislaman. Akan tetapi,sekarang kawasan itu menjadi luas dengan ditambahkannya Asia Tenggara sebagai kawasan baru dalam studi keislaman, di antaranya Indonesia.
Jadi,apa yang berkembang menjelang kebangkitan Islam itu merupakan pengaruh budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih awal maju daripada kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh tersebut masuk ke Jazirah Arab melalui beberapa jalur yang terpenting di antaranya adalah: (1) melalui hubungan dagang dengan bangsa lain, (2) melalui kerajaan-kerajaan protektorat,Hirah dan Ghassan, (3) masuknya misi Yahudi dan Kristen.
Melalui jalur perdagangan, bangsa Arab berhubungan dengan bangsa-bangsa Syiria,Persia,Habsyi,Mesir (Qibthi),dan Romawi yang semuanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme. Melalui kerajaan-kerajaan protektorat,banyak berdiri koloni-koloni tawanan perang Romawi dan Persia di Ghassan dan Hirah. Penganut agama Yahudi juga banyak mendirikan koloni di Jazirah Arab,yang terpenting di antaranya adalah Yatsrib. Penduduk koloni ini terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orng Arab yang menganut agama Yahudi.
Mayoritas penganut agama Yahudi tersebut pandai bercocok tanam dan membuat alat-alat dari besi,seperti perhiasan dan persenjataan. Sama dengan penganut agama Yahudi,orang-orang Kristen juga mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme dan pemikiran Yunani. Aliran Kristen yang masuk ke Jazirah Arab ialah aliran Nestorian di Hirah dan aliran Jacob-Baradi di Ghassan. Daerah Kristen terpenting adalah Najran,sebuah daerah yang subur. Penganut agama Kristen tersebut berhubungan dengan Habasyah (Ethiopia),Negara yang melindungi agama ini. Penganut aliran Nestorianlah yang bertindak sebagai penghubung antar kebudayaan Yunani dan kebudayaa Arab pada masa kebangkitan Islam.
Walaupun agam Yahudi dan Kristen sudah masuk ke Jazirah Arab,bangsa Arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka,yaitu percaya kepada banyak dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah memiliki berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut dipusatkan di Ka’bah, meskipun di tempat-tempat lain juga ada. Berhala-berhala yang terpenting adalah Hubal dan Manat yang bertempat di Yatsrib. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan buruk. Demikianlah,keadaan bangsa di jazirah Arab menjelang kebangkitan Islam.

2. Ruang Lingkup Sejarah Peradaban Islam
Adapun ruang lingkup sejarah peradaban Islam adalah sebagai berikut:
a.sejarah perjuangan mendakwahkan Islam
b.sejarah kehancuran Negara-negara Islam di Khilafah dan kemajuan bangsa Barat di dunia (Turki) Mustafa Kemal
c.Islam kembali akan jaya dengan pemikiran dan pergerakan umat Islam hingga sekarang (Eropa,Asia,dan lain-lain).